• Beranda
  • Berita
  • Produktivitas petani kopi Sumatera Selatan masih rendah

Produktivitas petani kopi Sumatera Selatan masih rendah

12 Desember 2019 14:47 WIB
Produktivitas petani kopi Sumatera Selatan masih rendah
Petani sedang memetik biji kopi di Lahat, Sumatera Selatan. (ANTARA FOTO/Feny Selly/kye.)
Produktivitas petani kopi Sumatera Selatan masih rendah jika dibandingkan daerah lain karena rata-rata per tahun hanya 6,6-0,9 ton per hektare.

Ketua Dewan Kopi Sumatera Selatan Zain Ismed di Palembang, Kamis, mengatakan, dengan produktivitas yang rendah tersebut maka petani kopi hanya meraup rata-rata pendapatan Rp900.000 per bulan.

“Kenapa ini bisa terjadi, Vietnam saja produktivitas petaninya bisa 3-4 ton per hektare per tahunnya. Seharusnya ini menjadi perhatian semua pihak,” kata dia.

Baca juga: Dewan Kopi: Realisasi ekspor kopi Sumsel masih jauh dari target

Menurutnya, salah satu penyebabnya karena dari total 263 ribu hektare perkebunan kopi di Sumsel diketahui sudah banyak yang tua.

Ia mengatakan seharusnya kebun-kebun kopi ini diremajakan agar produktivitasnya meningkat kembali.

“Pemerintah kami harapkan dapat turun tangan membantu petani kopi, seperti memberikan bibit yang unggul dan seseuai dengan kondisi tanah di Sumsel,” kata dia.

Baca juga: Peningkatan kualitas produk kopi Sumsel hadapi berbagai persoalan

Dewan Kopi Sumatera Selatan mencatat ekspor kopi dari daerah itu melalui pelabuhan lokal masih jauh dari target sebesar 50.000 ton per tahun karena kurangnya infrastruktur dan program pendukung.

Sejauh ini Sumsel hanya mampu mengekspor 21 ton biji kopi dari 150.000 ton biji kopi kering hasil panen per tahun di daerah itu.

Kepala Perwakilan BI Sumsel Yunita Resmi Sari mengatakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani kopi ini dengan cara membuka klaster kopi sehingga pembeli dan petani dapat bertatap muka secara langsung.

Klaster kopi ini bukan hanya fokus pada peningkatan produksi dan mutu melainkan juga penyederhaan rantai perdagangan.

“Sehingga nantinya kopi Sumsel ini bisa memenuhi standar internasional karena orientasi pasar kopi adalah ekspor,” kata dia.

Ia mengatakan, komoditas kopi ini harus dilihat sebagai peluang ekonomi bagi masyarakat Sumatera Selatan karena terjadi peningkatan permintaan seiring dengan adanya tren minum kopi.

“BI sudah lama melihat kopi ini sebagai peluang, tapi tentunya semua pihak harus bahu membahu untuk membenahi sektor hulu dan hilirnya,” kata dia.
 

Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019