Dewan Kopi Sumatera Selatan mencatat ekspor kopi dari daerah itu melalui pelabuhan lokal masih jauh dari target sebesar 50.000 ton per tahun karena kurangnya infrastruktur dan program pendukung.Pelabuhan besar di Sumsel belum mampu mengakomodasi besarnya hasil kopi setiap tahun, baik Pelabuhan Boom Baru atau Tanjung Api-api, permasalahannya ada di daya tampung kapal
Ketua Dewan Kopi Sumsel, Zein Ismed di Palembang, Minggu, mengatakan bahwa Sumsel hanya mampu mengekspor 21 ton biji kopi dari 150.000 ton biji kopi kering hasil panen per tahun di daerah itu.
Ia menyebutkan ekspor biji kopi dari daerah itu melalui pelabuhan lokal pada tahun 2019 ditetapkan sebanyak 50.000 ton.
"Pelabuhan besar di Sumsel belum mampu mengakomodasi besarnya hasil kopi setiap tahun, baik Pelabuhan Boom Baru atau Tanjung Api-api, permasalahannya ada di daya tampung kapal," ujar Ismed.
Baca juga: Menko ke Marseille untuk tingkatan ekspor Kopi
Menurut dia, Pelabuhan Boom Baru Palembang hanya mampu menampung kapal bermuatan delapan ribu ton, sementara Pelabuhan Tanjung Api-api belum beroperasi penuh karena masih dikembangkan.
Akibatnya kopi Sumsel diekspor melalui pelabuhan-pelabuhan di Provinsi Lampung sejak 40 tahun lalu karena ongkos distribusi lebih murah, sehingga secara tidak langsung Sumsel kehilangan potensi PAD dari ekspor kopi.
"Dulu di Palembang ada 70 eksportir kopi yang pengirimanya ke lewat Sungai Musi, tapi sekarang sungainya semakin dangkal dan kapal-kapal besar tidak dapat masuk, sehingga jumlahnya tinggal tiga eksportir saja saat ini," katanya.
Baca juga: Produk kopi kelompok tani Jawa Timur tembus pasar Perancis
Selain faktor pelabuhan, organisasi petani kopi juga dirasa masih lemah dan sulit bagi pemerintah menerapkan program-program pembinaan serta standarisasi hasil pertanian.
"Kualitas kopi sangat menentukan pasar ekspor, petani Sumsel sebagian besar masih kurang memperhatikan proses pemetikan dan pascapanen, padahal proses itu menentukan kualitas kopi," jelasnya.
Meski Sumsel merupakan penghasil kopi robusta terbesar di Sumatera dengan luas 250.000 hektare, namun belum ada langkah siginifikan pemerintah setempat untuk meningkatkan kualitas kopi di hulu dan industrialisasi di hilir.
"Masih banyak yang harus dibenahi dari hulu hingga hilir kopi, dulu Sumsel termasuk hebat soal ekspor kopi dan sekarang perlu diwujudkan lagi kejayaan ekspor kopi itu," kata Ismed.
Kopi asal Sumsel 30 persen diekspor ke Malaysia dan Singapura, sebagian lagi ke Eropa serta untuk konsumsi dalam negeri.
Baca juga: Ekspor kopi Aceh triwulan I tembus 311,04 Persen
Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019