Kami perlu mencoba teori-teori, mencoba pendekatan baru ketika diterapkan dalam konteks Papua ini, ujar Velix
Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Pedesaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Velix Wanggai mengatakan, pemerintah menyadari perlu ada pendekatan-pendekatan baru yang perlu diakomodasi dalam membangun Papua saat ini.
“Kami perlu mencoba teori-teori, mencoba pendekatan baru ketika diterapkan dalam konteks Papua ini,” ujar Velix saat menghadiri diskusi publik "Tinjauan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024", di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan, pemerintah melihat adanya potensi konflik geopolitik antara Cina dan Amerika Serikat di Pasifik meluas hingga ke Papua apabila nanti investasi pembangkit listrik BUMN Cina diizinkan di Mamberamo, Papua.
Baca juga: Tujuh aspek kebijakan percepatan pembangunan Papua disiapkan Bappenas
“Ini investasi pembangkit listrik 23.000 megavolt terbesar energi, harusnya akan muncul di sana. Maka sekarang perebutan pengaruh Cina dan AS di Pasifik akan lari ke (Papua). Hal-hal itu mungkin kita harus lihat,” katanya.
Selain itu, kondisi Papua saat ini juga berbeda dari tahun 1990-an dimana Papua sekarang lebih memiliki gaya hidup (lifestyle) di kota-kota.
Perkembangan platform digital di sana juga sudah berkembang, karena itu Bappenas melihat itu menjadi satu tantangan dalam konteks RPJMN dan perubahan Otonomi Khusus.
Baca juga: Wamen PUPR: Kondisi geografis hambat pembangunan di Papua
“Kami tentu akan menempatkan kira-kira tren Internasionalnya apa. Ya harus kami lihat. Misalnya tren Internasionalnya green economy atau pendekatan sustainable development goals, itu nanti kan tren baru yang harus pemerintah lihat dalam konteks Papua ke depan,” ujar Velix.
Lalu terakhir, ia sepakat ada konteks adaptasi sosial yang berbeda yang perlu diperhatikan, misalnya, adaptasi sosial penduduk yang ada di pantai tentu berbeda dengan adaptasi sosial penduduk di pegunungan.
Baca juga: Bahlil : Ekonomi Papua tidak bisa maju secara masif tanpa investasi
Untuk menyesuaikan dengan adaptasi sosial tersebut, ia juga setuju perlu menyesuaikan pembangunan sosial ekonomi berbasis marga di Papua.
“Oleh karena itu, saya secara pribadi melihat masalah Papua ini kompleks. Di situ ada kepentingan politik, kepentingan bisnis, kalau bagi kami yang penting apa yang bisa kami lakukan,” ujar dia.
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2019