"Tayangan dokumenter yang ditonton puluhan penikmat seni dalam acara Mancokau Music Festival 2019 di Anjungan Seni Idrus Tintin, Kota Pekanbaru, itu adalah hasil observasi yang dilakukan oleh pegiat seni di Rokan Hulu, Pasir Pangaraian," kata Menurut Fauzan, di Pekanbaru, Jumat.
Menurut Fauzan, berdasarkan tayangan video sastra lisan dituturkan oleh Taslim, bahwa Koba adalah seni pertunjukan sastra lisan yang digelar pada saat-saat tertentu, seperti pernikahan, penobatan kepala suka, pucuk adat, turun mandi anak, dan acara adat lainnya.
Baca juga: Sastra Lisan Moronene Terancam Punah
Seperti dituturkan Taslim lagi di video itu, sastra lisan Koba ini memiliki fungsi untuk menghibur sehingga dalam pertunjukannya menceritakan mengenai kisah-kisah yang bersifat fiktif atau seperti dongeng di antaranya tentang Siti Zailun.
"Siti Zailun adalah seorang gadis yang akan menikah dengan pujaan hatinya bernama Malin Bungsu. Perempuan itu kemudian bersumpah tidak akan menikah selain dengan Malin Bungsu. Tetapi akhirnya Siti Zailun justru menikah dengan sosok pria lain bernama Malin Panjang," katanya.
Zailun bersumpah, katanya lagi, hanya akan menikah dengan Malin Bungsu yang merupakan guru ngajinya. Tetapi, ibunya justru menikahkan dirinya dengan Malin Panjang yang merupakan pria kaya raya. Akibat sudah termakan sumpah itu tadi, akhirnya Siti Zailun berubah menjadi seekor Siamang Besar.
Lebih lanjut, ia menjelaskan pesan yang terdapat dalam cerita di Koba tersebut adalah manusia tidak boleh mudah mengucapkan sumpah atau janji sebab bisa saja termakan oleh omongan sendiri.
Selain Koba, dalam Mancokau Music Festival 2019 juga diperkenalkan sastra lainnya yakni Baiduk Padi dari Sungai Kampar. Berikutnya juga seni pertunjukan Zapin dari Sungai Siak dan Randai dari Sungai Kuantan.
"Melalui Mancokau Music Festival 2019, saya jadi tahu bahwa selain Zapin masih terdapat kesenian lain asal Riau yang menarik sekali untuk ditampilankan dalam suatu pertunjukan,’’ kata salah satu penonton, Ria Mardalena.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Parawista Provinsi Riau, Raja Yoserizal Zen mengatakan, kegiatan ini sangat baik untuk memperkenalkan kembali budaya melayu yang belakangan justru mulai dilupakan oleh kawula muda.
"Oleh karenanya kami mendukung dan bangga dengan pelaksanaan festival ini tentunya pada kegiatan selanjutnya Pemprov Riau akan mengalokasikan anggaran penelitian serta anggaran penyelenggaraan kegiatan serupa pada tahun 2021 sedangkan untuk anggaran 2020 minimal,” katanya.
Baca juga: Penggiat upayakan pelestarian tradisi sastra lisan asli daerah
Pewarta: Frislidia
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019