• Beranda
  • Berita
  • Biofoam, kemasan alternatif aman untuk lingkungan hidup

Biofoam, kemasan alternatif aman untuk lingkungan hidup

13 Desember 2019 18:57 WIB
Biofoam, kemasan alternatif aman untuk lingkungan hidup
Produk kemasan alternatif pengganti styrofoam dipamerkan pada pameran 'Pengganti wadah Kemasan Pangan Styrofoam' di salah satu mall Bandung, Jawa Barat, Rabu (14/12). ANTARA FOTO/Agus Bebeng/wdy/16

biofoam jika dibuang atau dikomposkan nanti akan terbiodegradasi

Biofoam dapat menjadi solusi untuk permasalahan sampah karena terbuat dari bahan organik dan bisa terurai secara alami dibandingkan styrofoam yang tidak aman untuk lingkungan hidup.

"Styrofoam sekarang itu dari polystyrene dan itu tidak bisa terbiodegradasi. Kalau biofoam jika dibuang atau dikomposkan nanti akan terbiodegradasi," ujar peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Muhammad Ghozali ketika dihubungi di Jakarta pada Jumat.

Biofoam adalah produk hasil kerja sama pengembangan Kementerian Pertanian dan LIPI yang bahannya berasal dari biomassa berbahan baku alami berupa pati dengan tambahan serat untuk memperkuat strukturnya.

Ghozali kemudian ikut memperkuat strukturnya dengan membuat lapisan bioplastik sehingga seluruh bagian dari biofoam tahan air dan dapat terurai secara alami dan kandungannya tidak akan mencemari lingkungan.

Baca juga: KLHK minta instansi pemerintah kurangi penggunaan plastik sekali pakai
Baca juga: Walhi Yogyakarta minta pemerintah larang penggunaan styrofoam makanan


Hal itu berbeda dengan styrofoam yang membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai dan terbuat dari kandungan berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan jika larut dan masuk dalam tubuh, menurut peneliti di Pusat Penelitian Kimia LIPI itu.

"Biofoam itu lebih cepat terbiodegradasi karena akan langsung dimakan oleh mikroorganisme yang ada di dalam tanah. Karena bahannya dari limbah biomassa seperti serat dan aditif alami yang ramah lingkungan," ujar dia.

Mengenai berapa lamanya waktu yang diperlukan biofoam untuk terbiodegradasi, Ghozali mengatakan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tapi bahannya yang alami dipastikan tidak akan membahayakan lingkungan tempat terurainya seperti tanah.

Produk itu sendiri, menurut Ghozali, tinggal menunggu investor untuk melakukan pengembangan dan penyempurnaan karena sejauh ini pembuatannya masih dilakukan secara manual, bukan pabrik skala besar.

Baca juga: YLKI apresiasi Bandung larang kemasan makanan "styrofoam"
Baca juga: Sampah yang masuk ke Teluk Jakarta dominan plastik, utamanya styrofoam

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019