"Belum lama ini masalah konflik harimau sudah disampaikan ke Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya, Pemprov Sumsel tentu saja tidak tinggal diam dan akan mencari solusinya," ujar Herman Deru saat merespons permintaan legislator terkait dengan konflik harimau pada rapat paripurna DPRD Sumsel di Palembang, Jumat.
Menurut dia, wilayah Sumsel memang masih menjadi salah satu kantong habitat harimau sumatera yang koridor jelajahnya berada di kawasan hutan lindung.
Ia optimisitis harimau tidak akan keluar dari habitatnya kecuali jika rantai makanannya sudah menipis, termasuk menipisnya rantai makanan akibat ulah oknum-oknum masyarakat melalui perburuan harimau secara masif seperti halnya terhadap kambing hutan dan kijang.
Hal itu, katanya, membuat interaksi alam yang dialami harimau menjadi berat sebelah.
Selain faktor makanan, Herman Deru juga membuka kemungkinan konflik harimau disebabkan faktor panas bumi (geothermal).
"Dari Informasi di lapangan, ada interaksi dari proses panas bumi yang berada di kawasan tersebut, tapi ini masih di dalami lagi,” tambahnya.
Baca juga: BBKSDA Riau pastikan video dan foto konflik harimau mayoritas hoaks
Ia meminta masyarakat Sumsel di sekitar hutan lindung tetap tenang dan waspada dalam aktivitas perkebunannya serta tidak percaya begitu saja dengan informasi yang belum terkonfirmasi.
Pihaknya masih menunggu informasi resmi dari kepolisian terkait dengan jejak harimau yang dibuat-buat oknum warga.
"Dalam waktu dekat kami bersama legislator akan ke lokasi untuk berdialog dengan masyarakat," kata Deru.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel, Martialis Puspito, meminta Pemprov Sumsel merespons cepat konflik harimau dan manusia dengan mengeluarkan imbauan resmi.
"Kami berharap Gubernur Sumsel bisa mengeluarkan imbauan-imbauan agar masyarakat tidak lagi merusak habitat harimau, jujur saja kami sudah sering mengimbau tetapi sulit sekali masyarakat untuk mengerti," ujar dia.
Berdasarkan catatan, harimau di Sumsel berasal dari dua kantong, yakni kantong Bukit Dingin seluas 63.000 hektare bentangan dari Kabupaten Lahat, Kota Pagaralam, Kabupaten Empat Lawang dan kantong Jambul Patah Nanti seluas 282.000 hektare bentangan dari Kabupaten Lahat, Kota Pagaralam, Kabupaten Muara Enim.
Di sepanjang dua kantong tersebut, sudah tiga orang tewas akibat terkaman harimau satu bulan terakhir, pertama menimpa Kuswanto (58) di Desa Pulau Panas, Kecamatan Tanjung Sakti, Kabupaten Lahat pada 17 November 2019.
Kedua menimpa Harianto (39) di Desa Tebet Benawa, Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagaralam pada 5 Desember 2019, dan ketiga menimpa Mustadi (52) di Desa Rekimai Kabupaten Lahat pada 13 Desember 2019.
Baca juga: BBKSDA Riau pasang peringatan dan berbagi tips hindari harimau
Baca juga: Aktivis: Revisi UU Konservasi agar beri efek jera
Baca juga: Petani pagaralam minta dievakuasi menduga temu tujuh harimau
Pewarta: Aziz Munajar
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019