"Saya terus terang saja, karena merasa perlu ada suatu kesadaran kolektif. Mengubah perilaku yang tadinya kurang peduli dengan ekosistem, dengan lingkungan, untuk mulai kita lebih serius memperhatikan hal-hal yang berhubungan lingkungan kita," kata Doni Monardo dalam sambutannya di Desa Bolapapu Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu.
Walaupun, kata Doni, semua pihak bisa bekerjasama dalam membantu daerah terdampak bencana saat bencana terjadi.
Namun, ia menegaskan hal itu tidaklah cukup. Sebab, semua pihak tentu tidak menginginkan hal itu terjadi berulang-ulang atau setiap saat.
Karena itu, ia meminta kepada semua pihak dan kepada para korban untuk bersama-sama mencari akar masalah atau penyebab terjadinya bencana banjir bandang.
"Berdasarkan data-data yang kami peroleh, baik itu dari citra satelit, maupun pengakuan sejumlah pihak bahwa telah terjadi perubahan vegetasi di bagian hulu. Artinya, ada penebangan tanaman pohon 10 atau 20 tahun yang lalu," katanya.
Baca juga: BNPB harap korban banjir Kulawi tidak putus asa
Baca juga: Korban banjir Kulawi-Sigi dibantu BNPB Rp500 juta
Baca juga: Tim ACT bantu korban banjir Sigi
Ia menerangkan kepada masyarakat bawa, penebangan pohon berdampak pada membusuknya akar. Dengan begitu akar pohon tidak lagi berfungsi untuk meresap air, sehingga air masuk ke dalam pori-pori tanah. Semakin banyak volume air yang masuk ke pori-pori tanah, tanpa ada kemampuan akar untuk menyimpan atau meresap air, maka air tersebut akan menjadi kantong.
"Kantong air yang terkumpul bebannya menjadi semakin berat. Nah, ketika curah hujan tinggi, maka inilah yang lepas, sehingga terjadilah longsor," katanya.
Begitu pula dengan sisa-sisa potongan kayu, kata dia, yang di bawah hujan lantas menutup anak-anak sungai lalu terbentuk embung, yang semakin hari semakin besar daya tampungnya.
Maka ketika tidak lagi kuat menahan air, maka pasti akan lepas dan terjadinya banjir bandang disertai material batu dan kayu.
"Ini terjadi bukan hanya di daerah Bolapapu, hampir terjadi di banyak daerah," urai dia.
Karena itu, ia menghimbau sebagai makhluk Tuhan yang sempurna dibanding makhluk lain, dibekali dengan kemampuan yang memadai harus mencari solusi atas hal ini.
Salah satu dari solusi yakni membangun kesadaran kolektif untuk merubah perilaku untuk lebih serius meningkatkan kualitas lingkungan.*
Baca juga: Korban banjir bandang Sigi diberi bantuan ratusan paket ACT Sulteng
Baca juga: Bantu korban banjir bandang Sigi, ratusan polisi diterjunkan
Baca juga: TNI bangun dapur umum untuk korban banjir bandang Sigi
Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019