Perjanjian tersebut akan memproduksi sistem self-driving yang dirancang oleh Mobileye, perusahaan akan mengembangkan teknologi mengemudi otonom Intel. Nantinya teknologi itu akan diintegrasikan ke dalam model-model masa depan dari Nio serta layanan otonom Mobileye lainnya. Dapat dipahami bahwa Nio akan mengembangkan kendaraan listrik yang akan digunakan oleh Mobileye sebagai robotaxis.
"Kesepakatan dengan Nio juga akan memungkinkan kami untuk memanen data sesuai dengan peraturan China dan meningkatkan pemetaan untuk mendukung mengemudi secara otonom," kata Shashua yang dikutip dari CarsCoops, Selsa.
Shashua juga mengatkan, perusahaan menargetkan pasar China untuk peluncuran awal karena pemerintah setempat sedang berupaya menstandardisasi model keselamatan Mobileye untuk mobil otonom menjadi undang-undang. Selain itu, lingkungan peraturan terpusat di Tiongkok.
Mobil otonom ini juga sudah dilengkapi dengan kamera, radar serta chip pemrosesan visi dan berbagai perangkat lunak pemetaan dan keselamatan. Sistem bantuan driver canggihnya juga digunakan dalam model lebih dari 27 produsen mobil.
Kendati demikian, setelah membuat percikan beberapa tahun yang lalu dan tampaknya memantapkan dirinya sebagai saingan terberat bagi Tesla, Nio justru telah jatuh pada masa-masa sulit. Pasalnya pada Q2 2019, perusahaan membukukan kerugian bersih hingga 3,3 miliar yuan dan Nio juga terpaksa harus memangkas lebih dari 2.000 pekerjaan tahun ini.
Baca juga: Hyundai siapkan Grand i10 Nios, bergaya lebih sporty
Baca juga: Hyundai pekerjakan desainer mobil listrik NIO
Baca juga: Produsen mobil listrik Nio cari mitra untuk bangun pabrik di Beijing
Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019