Staf Khusus Presiden, Billy Mambrasar, menyatakan keinginan membantu Mendikbud Nadiem Makarim atau yang sering disapa Mas Menteri dalam meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan di seluruh pelosok Nusantara.Dan meningkatkan kualitas dan kuantitas dari guru-guru untuk daerah terluar itu. Saya juga sudah bekerja dengan ‘grassroot’ anak-anak muda sendiri untuk sokong itu
Billy Mambrasar dalam kunjungan media ke LKBN ANTARA Jakarta, Selasa, mengatakan pendidikan di Indonesia masih belum merata, termasuk dari sisi kemudahan akses.
“Walaupun ketika kita melihat, ada peningkatan 'human development index' kemarin, Indonesia kan meningkat angkanya dan salah satu komponen 'human development index' itu adalah peningkatan aksesibilitas pendidikan dan lama sekolah,” katanya.
Namun, ia menegaskan hal yang perlu diingat di Indonesia ada 34 provinsi dengan lebih dari 17.000 pulau dan ratusan etnis.
Menurut Billy, terkadang banyak pihak lupa bahwa seakan angka peningkatan "human development index" belum memperhitungkan indeks kualitas dalam hal aksesibilitas.
“Misalnya dari Indonesia barat, Indonesia tengah, dan Indonesia timur sehingga saya sangat ‘excited’ untuk membantu Mas Menteri (Nadiem, red.) untuk mencari solusi terbaik meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan kepada saudara-saudara kita yang ada di ujung-ujung Indonesia,” kata pendiri Yayasan Kitong Bisa itu.
Baca juga: Staf Khusus: Reformasi pola pikir bangun talenta Papua
Billy yang pada 17 Desember 2019 merayakan ulang tahun ke 32 itu, mengatakan sempat diajak bertemu oleh Mendikbud Nadiem Makarim, tetapi belum terlaksana karena kesibukan hingga saat ini.
Rencananya, ada beberapa ide yang akan disampaikan, di antaranya upaya mengurangi angka iliterasi dan meningkatkan kesejahteraan guru honorer.
“Dan meningkatkan kualitas dan kuantitas dari guru-guru untuk daerah terluar itu. Saya juga sudah bekerja dengan ‘grassroot’ anak-anak muda sendiri untuk sokong itu,” kata pria berdarah Papua itu.
Untuk literasi, ia bersama rekan-rekannya mengembangkan aplikasi berbasis tab atau dengan menggunakan tablet yang bisa berisi ratusan buku.
“Bayangkan kalau harus distribusikan buku ke daerah pedalaman maka sangat mahal secara logistik dan operasional ‘complicated’. Jadi dengan tab tersebut satu tab bisa berisi ratusan buku yang akan dibaca dan meningkatkan angka literasi di daerah itu,” kata pria yang pernah berjualan kue itu.
Terkait dengan proyek percontohannya, ia akan memilih daerah terluar, terdepan, dan tertinggal, terutama Papua.
“'Pilot project'-nya adalah di daerah yang saya sangat familiar di Papua, detail seperti apa nanti saya bicarakan dengan Mas Menteri, karena peran Staf Khusus Presiden ini hanya memberikan input dan saran, selebihnya eksekusi adalah tanggung jawab dari kementerian terkait, itu ranah mereka,” katanya.
Baca juga: PT Papua Muda Inspiratif siap cetak "entrepreneur"
Baca juga: Produk pengusaha muda Papua akan dipamerkan di Amerika
Baca juga: Billy Mambrasar kunjungi panti asuhan Shalom Keerom
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019