"In real life, aku adalah anak sulung. Aku enggak pernah dimanjain dan cenderung cepat mengerti kalau dunia enggak selamanya mulus dan ada kegagalan," kata Amanda usai konferensi pers "NKCTHI" di Jakarta, Kamis.
Ia merasa bahwa karakter yang ia perankan cukup bertolak belakang dengan dirinya. Awan digambarkan sebagai gadis yang naif dan diperlakukan spesial oleh orang tua dan kedua kakaknya.
Untuk mendalami perannya, tak jarang Amanda menemui teman-temannya yang merupakan anak terakhir. Ia juga sering berdiskusi dengan Rio Dewanto, pemeran tokoh Angkasa, yang rupanya merupakan anak bungsu.
"Aku belajarnya ngobrol sama teman-temanku yang bungsu, sih. Dan juga akhirnya nyari info dari Kak Rio (Dewanto) yang merupakan anak bungsu. Soal apa yang dia lakukan di rumah, apakah ia diperlakukan spesial sama keluarga di rumah, dan lainnya," ujarnya.
Kendati pernah merasakan menjadi seorang anak terakhir melalui film "NKCTHI", gadis berusia 24 tahun itu mengatakan bahwa ia masih merasa lebih menyukai menjadi seorang kakak karena menikmati tanggung jawabnya.
"Aku tahu rasanya punya tanggung jawab dengan adik-adik. Aku juga suka ngemong, bantuin, sampai antar-jemput," kata Amanda.
"Di satu sisi aku itu Angkasa banget. Aku ngerti keresahannya Angkasa dimana lo merasa punya kehidupan lain di luar keluarga tapi kepikiran sama di rumah. Misalnya kayak beliin sesuatu buat orang rumah ketika aku pergi, udah jadi kebiasaan," lanjutnya.
Sementara itu, selain Amanda, "NKCTHI" juga turut dibintangi oleh deretan bintang nasional lainnya, seperti Rio Dewanto, Sheila Dara, Donny Damara, Susan Bachtiar, Chicco Jerikho, Oka Antara, Niken Anjani, Agla Araldia, Umay Shahab, hingga musisi Ardhito Pramono.
Film yang diadaptasi dari buku berjudul sama itu dijadwalkan akan hadir di layar lebar Tanah Air mulai 2 Januari 2020.
Baca juga: Rachel Amanda belajar istilah arsitektur untuk film "NKCTHI"
Baca juga: Perbedaan serial dan film "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini"
Baca juga: "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI)" rilis trailer baru
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2019