Pemerintah menganggap target penurunan emisi gas rumah kaca dalam komitmen kontribusi nasional (Nationally Determined Contributions/NDC) Indonesia sudah ambisius.
"Kita enggak berubah, tetap. Lah ya kan kita tetap komitmen dengan NDC kita sekarang, dengan target penurunan 29 persen dengan usaha sendiri, 41 persen dengan international assistance (dukungan internasional)," kata Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong di Jakarta, Jumat.
"Itu sudah komitmen luar biasa," katanya.
Mengenai kelanjutan rencana kajian peningkatan target penurunan emisi gas rumah kaca sesuai dengan perubahan target Perjanjian Iklim Paris untuk mengekang kenaikan suhu Bumi tidak melampaui 1,5 derajat Celsius pada 2030, Alue mengatakan bahwa hal itu merupakan salah satu target karena semua menginginkan pencapaian target yang lebih ambisius.
Namun Alue berharap negara-negara maju lebih dulu menaikkan target penurunan gas rumah kaca mengingat negara-negara maju selain Uni Eropa belum menunjukkan target penurunan karbon ambisius dalam NDC mereka.
"Kita ingin untuk mewujudkan NDC kita itu harus ada international assistance juga dari negara maju. Mereka harus komitmen dengan janji 100 miliar dolar AS per tahun. Kita minta, kita tagih janji itu sampai 2020," kata Alue.
Ia menambahkan, realisasi janji hibah untuk mendukung upaya penurunan emisi itu kemajuannya tidak begitu bagus.
Laporan analisis sejumlah hasil penelitian yang dilakukan oleh mantan Ketua Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) Sir Robert Watson bersama tim penelitinya yang berjudul The Truth Behind The Climate Pledge menunjukkan, gabungan dari empat negara penghasil emisi terbesar memberikan sumbangan 56 persen bagi emisi gas rumah kaca global.
China menempati urutan pertama dalam daftar penghasil emisi terbesar dunia dengan kontribusi emisi gas rumah kaca 26,8 persen disusul Amerika Serikat di posisi kedua dengan sumbangan emisi 13,1 persen, 28 negara anggota Uni Eropa di peringkat ketiga dengan andil emisi sembilan persen, dan India di urutan empat dengan kontribusi emisi tujuh persen.
NDC dari China, Amerika Serikat, dan India masuk dalam kategori tidak mencukupi untuk mendukung pencapaian target penurunan emisi global 2030, hanya Uni Eropa saja yang memenuhi.
Rusia tidak menyerahkan NDC. Sementara itu, NDC dari Australia, Azerbaijan, Belarus, Brazil, Kanada, Kosta Rika, Israel, Jepang, Montenegro, Selandia Baru, Korea Selatan, dan San Marino hanya memenuhi sebagian target penurunan emisi global. Jepang dan Brazil berada di peringkat enam dan tujuh dalam daftar penyumbang emisi global terbesar.
Indonesia bersama dengan 125 negara lain yang disebutkan dalam laporan termasuk negara dengan NDC yang tidak mencukupi untuk mendukung pencapaian target penurunan emisi gas rumah kaca global.
Baca juga:
WALHI berharap Indonesia jadi pemimpin dalam upaya penurunan emisi
Pembangunan rendah karbon bisa turunkan emisi hingga 43 persen
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019