Tiga kebutuhan lainnya, ketersediaan tempat shalat, menghindari tempat-tempat red light seperti klub malam dan sejenisnya, serta objek wisata yang ramah muslim misalnya masjid atau tempat bersejarah Islam.
"Jadi halal itu fokus ke tamu, bukan ke destinasi atau objek wisata," ujar dia di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Turis muslim global diperkirakan capai 158 juta orang di 2020
Baca juga: Christian Sugiono sepakat Lombok destinasi wisata halal terbaik
Ananto mengatakan, wisawatan muslim juga sah-sah saja mengunjungi gereja atau katedral yang menjadi ikon di kota atau wilayah tujuan wisatanya, untuk sekedar mengabadikan gambar.
Lebih lanjut, biasanya wisatawan muslim akan memastikan empat kebutuhan dasar ini terpenuhi sebelum memutuskan menggunakan jasa agen wisata tertentu. Hal ini seiring semakin meningkatnya kesadaran menjalankan perintah agama Islam secara menyeluruh.
"Kalau bisa jangan menambah dosa (saat liburan)," tutur Ananto.
Selain itu, temuan ini juga sejalan dengan tren wisata halal beberapa tahun terakhir.
Data Cheria Halal Holiday dalam tiga tahun terakhir mencatat, peningkatan jumlah tamu yang menginginkan wisata halal sekitar 200 persen per tahun. Mereka ini kebanyakan berasal dari kelas menengah ke atas.
"Wisata halal sedang booming karena middle up class. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, kelas menengah di Indonesia akan mencapai 85 juta orang pada tahun 2020 dan dipastikan sekurangnya 80 persen muslim," jelas Ananto.
Untuk destinasi wisata, saat ini Singapura, Thailand dan Malaysia menempati urutan teratas tujuan wisatawan muslim, diikuti Korea dan Hong Kong.
Setelahnya, ada Turki, Mesir, Palestina (Masjidil Aqsa) dan Yordania, kemudian Eropa Barat, Jepang dan Beijing.
Baca juga: Penang-Firefly tawarkan paket wisata kesehatan halal
Baca juga: Pameran travel Korea 2019 usung wisata ramah muslim, ada apa saja?
Baca juga: Rekomendasi wisata halal di Negeri Kangguru (2)
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019