Tampil di nomor Dao Shu C kategori wanita, atlet berusia 10 tahun itu tampil apik dalam memperagakan jurus dengan menggunakan golok. Ternyata apa yang dilakukan termotivasi oleh prestasi seniornya yaitu peraih emas SEA Games 2019 Edgar Xavier dan peraih emas SEA Games 2017 Juwita Niza Wasni.
"Saya mengidolakan Koh Edgar (Xavier Marvelo) dan Kak Juwita Niza. Saya ingin seperti mereka," kata Christina seusai penyerahan medali kemenangan.
Baca juga: PB WI cari atlet untuk dipersiapkan di kejuaraan dunia wushu 2022
Dengan termotivasi prestasi seniornya, Christina mampu menyisihkan 11 atlet lainnya pada nomor Dao Shu C. Berdasarkan penilaian Dewan Juri, ia diberi skor 8,37. Sedangkan medali perak dan perunggu, masing-masing diperoleh Shakila Malika Jusuf (Wushu Rajawali Sakti Jakarta) dengan nilai 8,34 dan Fairie Nameera Hendriadi (Harmony Wushu Indonesia, Bogor) dengan skor 8,21.
Atlet dari perguruan Laba Laba Sakti Jakarta Utara itu mengaku akan terus mengasah kemampuannya dan banyak turun di kejuaraan. Atlet kelahiran Jakarta, 26 Mei 2009 mengaku akan terus fokus di kategori taolu atau beladiri seni.
"Saya tidak suka fighting. Jadi yang saya tekuni hanya taolu. Makanya saya akan terus berlatih biar bisa berprestasi lebih tinggi," kata putri dari pasangan Patricia Pratomo dan Julianto Samudi itu.
Baca juga: 382 atlet muda bakal turun di Wufest Taolu Championship 2019
Tidak hanya Christina, atlet muda yang bersinar di Wufest Taolu Championship 2019 adalah Billie Karina yang turun di nomor Chang Quan D atau jurus tangan kosong utara.
Atlet cilik asal perguruan Wushu Rajawali Sakti Jakarta ini berhasil mendapatkan nilai 8,31 sekaligus menempatkannya sebagai peraih medali emas. Sedangkan medali perak disabet Majidah Tangguh asal Harmony Wushu Indonesia yang bermarkas di Bogor dengan torehan 8,25 poin. Sementara perunggu diraih Kiarra Gunawan asal Perguruan Rahmat Wushu Jakarta setelah mengantongi nilai 8,23.
"Tadi agak sedikit grogi. Tapi senang bisa dapat juara satu," kata Billie yang merupakan atlet kelahiran Jakarta, 11 Januari 2011 itu.
Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2019