Bali United dan mereka yang tersungkur

23 Desember 2019 23:58 WIB
Bali United dan mereka yang tersungkur
Sejumlah pendukung tim Bali United mengikuti Parade Juara Liga 1 2019 di kawasan Denpasar, Bali, Senin (23/12/2019). Parade Juara dari kawasan Lapangan Puputan Badung Kota Denpasar menuju Stadion Kapten I Wayan Dipta Kabupaten Gianyar diikuti ribuan pendukung Bali United untuk merayakan keberhasilan tim Bali United menjadi Juara Liga 1 2019. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/wsj.

Liga 1 Indonesia musim kompetisi 2019 telah berakhir pada Minggu (22/12) dan menelurkan juara baru yakni Bali United.

Tak butuh waktu lama untuk merengkuh juara pertamanya semenjak berganti nama dari Persisam Putra Samarinda menjadi Bali United Pusam, untuk kemudian paten tanpa embel-embel Pusam, pada 2014 silam.

Mereka bahkan telah dinobatkan sebagai juara Liga 1 pada pekan ke-30 atau kala laga masih menyisakan empat pertandingan saat menghajar Semen Padang 2-0 di Stadion Agus Salim.

Posisi Bali di klasemen sementara pekan ke-30 sudah tak mungkin lagi dikejar. Kala itu Persipura Jayapura, Borneo FC, dan Madura United menguntit di bawahnya.

Di akhir kompetisi, Bali mengumpulkan 64 poin atau terpaut 10 angka dari Persebaya Surabaya yang mampu bangkit saat memasuki paruh kedua. Bali mencatatkan 19 kali menang tujuh seri, dan delapan kekalahan.


Baca juga: Meski kalah 2-0 di laga pamungkas, Bali United tetap juara Liga 1

Pencapaian Bali United yang meraih juara Liga 1 2019, membuat tim kebanggaan warga Pulau Dewata tersebut berhak mengikuti play-off Liga Champions Asia musim depan. Bali United akan menjalani babak Kualifikasi Liga Champions Asia dari babak penyisihan pertama.

Keberhasilan Serdadu Tridatu memang sudah bisa diprediksi sebelumnya kala liga masih disponsori Gojek-Traveloka Liga 1 dan hanya tinggal menunggu waktu untuk mengangkat Trofi.

Para pesepak bola Bali United membawa trofi seusai penganugerahan juara Liga 1 2019 di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Minggu (22/12/2019). Bali United berhasil menjadi juara Liga 1 2019 dengan total poin 64. ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana/aww.

Memiliki sokongan dana yang besar, sponsor yang berjubel, situasi ruang ganti yang kondusif, serta keseriusan manajemen dalam mendukung setiap langkah Bali, menjadi sedikit dari banyak faktor yang mempengaruhi perjalanan klub.

Baca juga: Bali United juara, Gubernur Koster siapkan kejutan

Di sisi lain, sosok Stefano Cugurra Teco juga tak bisa dilepaskan dari kesuksesan Bali United. Ia bahkan mencatatkan namanya sebagai pelatih yang membawa dua tim berbeda (Persija Jakarta dan Bali United) juara Liga 1 secara berturut-turut.

Selanjutnya saat pertama ...


Saat pertama datang, ia langsung berbenah dengan fokus utama memperbaiki lini pertahanan. Sejumlah nama-nama tenar seperti Gunawan Dwi Cahyo, Willian Pacheco, dan Leonard Tumpamahu didaratkan. Alhasil, mereka menjadi tim tersedikit jumlah kebobolannya yakni 35 gol.

Yang Besar Yang Tersungkur

Kesuksesan yang diperoleh Bali United sungguh tidak bisa dilepaskan dari buruknya penampilan tim-tim favorit juara kala mengarungi putaran pertama. Sebut saja Persib Bandung, Persija Jakarta, Arema FC, Persipura Jayapura, dan Persebaya Surabaya.

Lima tim yang memiliki trofi paling banyak itu terseok-seok di papan tengah dan papan bawah klasemen. Bahkan Persija sempat menghuni zona degradasi, terlepas dari laga tunda karena harus berjuang di Piala AFC.


Baca juga: Tak bakal juara musim ini, Persija fokus menangi semua laga tersisa

Pesepak bola Persija Jakarta Marko Simic (kanan) berebut bola dengan pesepak bola Persebaya Surabaya Hansamu Yama Pranata (kiri) dalam lanjutan Liga-1 Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Selasa (17/12/2019). Persija Jakarta dikalahkan Persebaya Surabaya dengan skor 1-2. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/pras.


Kala jeda paruh pertama, Persija menghuni posisi 17 yang hanya mengumpulkan 14 poin dari 14 laga yang dilakoni, Persib Bandung berada di urutan 10 dengan 19 poin, Arema FC memang berada di posisi empat namun sejak putaran kedua penampilan mereka inkonsisten.

Baca juga: Meski mustahil ke peringkat dua, Persib masih targetkan lima besar

Kemudian Persipura Jayapura berada satu strip di atas Persib yakni di urutan sembilan dengan 20 poin, dan Persebaya di posisi ke-5 dengan 25 poin. Capaian buruk itu membuat sejumlah pelatih dipecat.

Muka-muka baru maupun lama silih mengisi posisi yang ditinggalkan. Namun hanya Persebaya dan Persipura yang mampu bangkit hingga kompetisi Liga 1 Indonesia berakhir. Persebaya duduk manis di posisi kedua dan di bawahnya berdiri Tim Mutiara Hitam.


Baca juga: Persebaya persembahkan kemenangan di laga pamungkas untuk bonek-bonita

Selanjutnya mereka ...


Mereka yang menyerah dan terbuang

Paruh pertama musim menyimpan luka bagi sejumlah pelatih, pasalnya mereka harus mengakhiri masa baktinya lebih dini. Berbagai alasan mengapa para pelatih hengkang dari klubnya masing-masing, ada yang diputus kontrak ada pula yang mengundurkan diri.

Tercatat belasan pelatih harus mundur dari kursi kekuasaannya. Persib Bandung menjadi tim tercepat yang melakukan pemecatan pelatih, korbannya tak lain yakni Miljan Radovic bekas pemain era Djadjang Nurjaman. Bahkan ia harus mundur sebelum kompetisi resmi bergulir.

Hasil mengecewakan di Piala Indonesia dan Piala Presiden membuat manajemen Persib (diperkuat desakan bobotoh) harus memutus kontrak pria asal Montenegro tersebut. Posisi Miljan kemudian digantikan Roberts Rene Alberts yang datang sesaat sebelum Liga 1 Indonesia bergulir.

Pelatih Persib Bandung, Roberts Rene Alberts. (ANTARA/Bagus Ahmad Rizaldi)


Setelah Persib, Persija harus dipusingkan mencari pelatih baru menyusul Ivan Kolev yang mundur pada 3 Juni 2019. Ivan merasa belum mampu memberikan yang terbaik untuk Macan Kemayoran hingga pekan ketiga kompetisi. Manajemen Persija kemudian bergerak cepat dengan mendatangkan Julio Banuelos untuk mengganti posisi yang ditinggalkan Ivan Kolev.

Perjalanan Banuelos di Persija juga cukup singkat. Ia hanya mendapatkan kesempatan untuk memimpin tim Macan Kemayoran dalam 18 laga di berbagai kompetisi. Persija pun akhirnya menunjuk Edson Tavarez pada 29 September.

Baca juga: Persija pecat Julio Banuelos dan Eduardo Perez

Jaksen F. Tiago menjadi pelatih selanjutnya yang mengundurkan diri. Cerita kesuksesan Jacksen saat menangani Persipura tidak berbuah manis kala mengarsiteki Barito Putera. Ia mundur pada 22 Juni dan kemudian kembali bernostalgia dengan klub lamanya, Persipura.

Nama-nama lain seperti Aji Santoso (Persela Lamongan), Luciano Leandro (Persipura Jayapura), Djadjang Nurdjaman (Persebaya Surabaya), Alfredo Vera (Bhayangkara FC), Dejan Antonic (Madura United), Jan Saragih (Perseru Badak Lampung FC), Syafrianto Rusli (Semen Padang), Jafri Sastra (PSIS Semarang), dan Rahmad Darmawan (Tira Persikabo) harus mengakhiri kerja sama sebelum musim berakhir.

Selanjutnya masalah klasik


Masalah klasik

Padatnya jadwal menjadi masalah klasik yang tak kunjung berakhir. Pelatih dan pemain menjadi korban atas ambisi besar PSSI yang ingin mengakhiri musim dalam jangka waktu satu tahun saja.

Bahkan dalam satu pekan, tim bisa bermain dua hingga tiga laga. Padatnya pertandingan berdampak pada klub secara keseluruhan, yakni rentetan pemain cedera, mahalnya biaya perjalanan tandang, jeda waktu recovery yang kurang sehingga banyak pemain yang mengalami kelelahan, serta sejumlah permasalahan lain, di samping tak jelasnya musim kompetisi baru kapan akan dimulai atau adanya jeda waktu yang datang tiba-tiba.

Sejumlah pelatih pun "curhat" kepada media dan mengatakan bahwa kompetisi Liga 1 Indonesia benar-benar gila. Katakanlah seperti pelatih PSM Makassar Dariej Kalezic, pelatih Persija Edson Tavarez, pelatih Semen Padang Eduardo Almeida, pelatih Bhayangkara FC Paul Munster, hingga pelatih Persib Robert Rene Alberts memiliki satu suara menanggapi jadwal Liga 1 yang melelahkan.

Baca juga: Pelatih Bhayangkara anggap kelelahan jadi alasan dikalahkan Persebaya

Di sisi lain adanya agenda FIFA dan timnas Indonesia, tak mempengaruhi jadwal liga yang "keukeuh" harus terus berjalan. Hasilnya, sejumlah klub harus bertanding dengan pemain seadanya. Kondisi itu telah dialami Bhayangkara sejak paruh kedua Liga 1.

Sejumlah pemain The Guardians dipanggil untuk membela timnas senior maupun timnas U-22, belum lagi pemain yang terkena akumulasi ataupun cedera. Paul Munster sempat hanya memboyong sekitar 16 pemain kala bertandang ke markas Semen Padang. Kondisi serupa juga tak bisa disangkal oleh kontestan lainnya.

Barangkali kegagalan timnas senior di laga-laga internasional adalah puncak dari jadwal liga yang padat, seperti halnya yang dikeluhkan Simon Mcmenemy kala menangani timnas Indonesia.

"Saya tak ingin mencari alasan untuk kekalahan (timnas Indonesia atas Malaysia pada kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia 6 September 2019) itu. Namun jadwal liga sangat padat, sampai bertanding tiga kali seminggu," katanya.


Barangkali juga dengan terpilihnya pimpinan PSSI yang baru di bawah komando Mohamad Iriawan bisa membawa angin segar bisa membawa nasib pesepakbolaan Indonesia ke arah yang lebih baik mulai dari hal terkecil seperti jadwal liga di samping fokus-fokus lainnya.


Baca juga: Klasemen Liga 1: Bali United juara, Persebaya jaga asa ke Piala AFC

Berikut klasemen akhir Liga 1:
  Tim M M I K Gol P
1 Bali United 34 19 7 8 48-35 64
2 Persebaya Surabaya 34 14 12 8 57-43 54
3 Persipura Jayapura 34 14 11 9 47-38 53
4 Bhayangkara FC 34 14 11 9 51-43 53
5 Madura United FC 34 15 8 11 55-44 53
6 Persib Bandung 34 13 12 9 49-39 51
7 Borneo FC 34 12 15 7 55-42 51
8 PSS Sleman 34 12 12 10 45-42 48
9 Arema FC 34 13 7 14 59-62 46
10 Persija Jakarta 34 11 11 12 43-42 44
11 Persela Lamongan 34 11 11 12 47-45 44
12 PSM Makassar 34 13 5 16 50-50 44
13 PSIS Semarang 34 12 7 15 36-41 43
14 Barito Putera 34 11 10 13 45-51 43
15 PS Tira-Persikabo 34 10 12 12 51-57 42
16 Perseru Badak Lampung 34 8 9 17 35-65 33
17 Semen Padang 34 7 11 16 32-45 32
18 Kalteng Putra 34 8 7 19 33-54 31

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2019