Pembangunan infrastruktur Palapa Ring memerlukan jalan yang panjang hingga diresmikan pada pertengahan Oktober lalu, menjelang pergantian masa jabatan Presiden Jokowi yang kedua.
Baca juga: Diresmikan hari ini, berikut 5 fakta tentang Palapa Ring
Konsep Palapa Ring sudah cukup lama digagas, Menteri Komunikasi dan Informatika periode 2014-2019 Rudiantara mengemukakan infrastruktur tersebut sudah direncanakan sejak 2005.
Wacana pembangunan Palapa Ring juga sempat mengemuka pada 2007, tapi gagasan besar untuk meratakan jaringan telekomunikasi, khususnya internet, di Indonesia itu baru menemukan jalannya pada 2015, pembangunan Palapa Ring dibagi menjadi Paket Barat, Tengah dan Timur.
Tol langit tersebut berupa penggelaran kabel serat optik sepanjang sekitar 13.000 kilometer, di darat dan laut.
Proyek ini berupa infrastruktur yang mengitari Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua, serta delapan jaring penghubung dan satu cincin besar yang mengitari Indonesia, di darat dan laut.
Palapa Ring Barat, yang pertama dibangun, diluncurkan pada 15 Juni 2016, mencakup wilayah Riau, Kepulauan Riau dan Natuna, sepanjang 1.730 kilometer di laut dan 545 di darat. Paket ini selesai pada Maret 2018 lalu.
Paket Tengah ditujukan untuk Pulau Kalimantan, Sulawesi dan Maluku Utara, berupa kabel serat optik sepanjang 1.706 kilometer di laut dan 1.289 di darat. Pembangunan Palapa Ring Tengah tuntas pada Desember 2018.
Baca juga: Pakar sebut Tol Langit tingkatkan ekonomi digital Indonesia timur
Palapa Ring Timur, yang selesai pada Agustus 2019, dirancang untuk Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua Barat dan pedalaman Papua sejauh 4.426 kilometer di laut dan 2.542 di darat.
Sebelum 2019 berakhir, pembangunan Palapa Ring sudah sepenuhnya selesai.
Internet cepat
Bukan tanpa sebab pemerintah ingin segera menyelesaikan pembangunan Palapa Ring, Rudiantara berulang kali menyatakan Indonesia cukup tertinggal urusan membangun infrastruktur telekomunikasi, padahal wilayahnya sangat luas.
Salah satu kendala pembangunan infrastruktur terletak di daerah tertinggal, terdepan dan terluar, yang menjadi momok besar bagi operator seluler.
Daerah tersebut dari segi bisnis kurang menguntungkan sehingga operator seluler perlu berpikir masak-masak untuk menghadirkan infrastruktur dan jaringan di sana.
Pemerintah perlu turun tangan agar jaringan telekomunikasi bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia, harapannya, setelah ada Palapa Ring, tidak ada lagi blank spot atau titik yang tidak terjangkau sinyal.
Palapa Ring diyakini menjadi solusi menyediakan jaringan telekomunikasi di wilayah yang sulit dijangkau operator seluler.
Baca juga: Stafsus Presiden: Digitalisasi solusi aksesibilitas Indonesia timur
Gambaran pemanfaatan Palapa Ring, operator seluler bisa menarik kabel dari landing station ke menara base transceiver station atau BTS.
Dengan cara ini, beban bagi operator seluler untuk pembiayaan infrastruktur sedikit lebih ringan.
Jaringan serat optik Palapa Ring menjangkau 57 kabupaten/kota dan 33 kabupaten/kota interkoneksi sehingga akan tercipta tulang punggung sistem telekomunikasi nasional yang meliputi 514 kabupaten/kota.
Pembangunan infrastruktur tentu akan berdampak besar pada kualitas jaringan seluler, diharapkan lebih banyak wilayah di Indonesia yang akan terhubung ke jaringan 4G, bukan hanya 2G dan 3G.
Setelah Palapa Ring beroperasi, kecepatan internet di berbagai wilayah di Indonesia diharapkan setara, juga dari segi harga.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) beberapa kali melontarkan Palapa Ring bisa membuat tarif internet di wilayah Timur turun dan seluruh Indonesia bisa merasakan "tarif internet satu harga".
Ekonomi digital
Kualitas jaringan internet yang membaik dan merata tidak hanya berdampak pada kecepatan dan tarif yang dirasakan konsumen, namun, membuka peluang bagi pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.
Laporan Google-Temasek menyatakan ekonomi berbasis internet di Indonesia diperkirakan mencapai 130 miliar dolar AS pada 2025, namun, kementerian optimistis nilainya bisa lebih dari proyeksi.
"Konektivitas ini harus bisa kita manfaatkan untuk kesejahteraan dan kemajuan bangsa, untuk penguatan persatuan kita, persaudaraan diantara kita, untuk memperkuat pendidikan diantara kita dan memfasilitasi lalu lintas ilmu pengetahuan di seluruh pelosok Nusantara," kata Presiden Jokowi saat peresmian Palapa Ring, Oktober lalu.
Pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia antara lain ditandainya dengan kemunculan perusahaan rintisan berbasis teknologi, atau startup, selama lima tahun terakhir. Bahkan Indonesia saat ini sudah memiliki empat unicorn yakni OVO, Tokopedia, Bukalapak dan Traveloka, serta satu decacorn Gojek.
Pengajar Etnografi Dunia Maya Universitas Gadjah Mada, Pratama Persadha, yang juga pengamat keamanan siber dari CISSReC, berpendapat pembangunan Palapa Ring bisa mempercepat target pertumbuhan 3.5000 startup sebelum 2024.
Asisten Deputi Telematika dan Utilitas Kementerian Koordinator Perekonomian, Eddy Satria, pada Oktober lalu memprediksi Palapa Ring bisa melahirkan unicorn baru dari Indonesia, apalagi sektor TIK pada periode 2012-2017 memberikan kontribusi "double digit" pada Produk Domestik Bruto.
Literasi digital
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo, Widodo Muktiyo menilai era internet cepat juga perlu diimbangi dengan literasi agar infrastruktur tersebut tidak digunakan untuk hal yang negatif.
"Pemerataan literasi media online jadi program kita bersama," kata Widodo, Oktober lalu.
Kominfo menilai akan ada kelompok masyarakat yang mengalami gegar budaya, atau p, ketika jaringan internet semakin meluas, sehingga perlu diimbangi dengan informasi agar internet digunakan untuk hal positif.
Sudut pandang lain datang dari Ombudsman Provinsi Papua, selain untuk mengatasi masalah telekomunikasi di daerah pelosok, mereka juga berharap tidak ada lagi pemblokiran internet di wilayah tersebut seperti yang terjadi beberapa bulan lalu.
Ibu kota baru
Pemerintah juga sedang membuat kajian telekomunikasi mengenai pembangunan Palapa Ring di calon ibu kota baru di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.
Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo, Anang Latief, beberapa waktu lalu menyatakan pembangunan Palapa Ring di Kalimantan tidak begitu sulit sehingga diharapkan selesai sebelum secara resmi ibu kota dipindahkan.
Baca juga: Menkominfo soroti keamanan data pengguna di era digital
Baca juga: Palapa Ring rampung, Kominfo gencarkan literasi digital
Baca juga: Infrastruktur jadi pekerjaan rumah Kominfo lima tahun ke depan
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019