• Beranda
  • Berita
  • Puluhan disabilitas ikut simulasi evakuasi gempa di Banda Aceh

Puluhan disabilitas ikut simulasi evakuasi gempa di Banda Aceh

25 Desember 2019 18:38 WIB
Puluhan disabilitas ikut simulasi evakuasi gempa di Banda Aceh
Penyandang disabilitas menggunakan kursi roda dan tongkat menyelamatkan diri menuju lapangan terbuka saat simulasi evakuasi mandiri gempa dan tsunami di Gampong Surin, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, Aceh, Rabu (25/12/2019). Simulasi yang digelar menjelang 15 tahun peringatan tsunami pada 26 Desember itu untuk melatih kesiapan dan kemandirian penyandang disabilitas dalam upaya mengurangi risiko bencana. ANTARA/Ampelsa

Simulasi diawali gempa berkekuatan besar. Kemudian, penyandang disabilitas baik tuna netra maupun pengguna kursi roda yang berada dalam gedung dipandu ke luar dan berkumpul di ruang terbuka.

Puluhan penyandang disabilitas mengikuti simulasi evakuasi gempa bumi guna meningkatkan kesiapsiagaan berkebutuhan khusus dalam menghadapi bencana.

Simulasi diikuti 50 penyandang disabilitas dipusatkan di Kampus Universitas Iskandar Muda, Banda Aceh, Rabu.

Simulasi diawali gempa berkekuatan besar. Kemudian, penyandang disabilitas, baik tuna netra maupun pengguna kursi roda yang berada dalam gedung dipandu ke luar dan berkumpul di ruang terbuka.

Ayu Agustina, penyandang disabilitas pengguna kursi roda, mengatakan simulasi tersebut mengajarkan diri menyelamatkan diri ketika terjadi gempa.
Baca juga: Ratusan penyandang disabilitas di Temanggung ikuti simulasi bencana

"Simulasi ini harus sering dilakukan agar selalu ingat saat melakukan evakuasi mandiri, sehingga kesiapsiagaan terhadap bencana selalu terbangun di dalam diri para penyandang disabilitas," kata Ayu Agustina.

Senada juga dikemukakan Erlina Marlinda. Penyandang disabilitas pengguna kursi roda tersebut mengaku mendapat informasi bagaimana melakukan evakuasi mandiri ketika terjadi gempa saat berada di dalam bangunan.

"Namun, kami yang menggunakan kursi roda belum mendapat informasi sepenuhnya ketika terjadi gempa dalam ruangan. Kalau yang tuna netra atau tuna rungu bisa menyelamatkan diri di bawah meja. Kalau kami, bagaimana," kata Erlina.

Selain itu, Erlina juga menyoalkan interaksi relawan tanggap bencana terhadap penyandang disabilitas. Interaksi jangan disamakan antara satu disabilitas dengan disabilitas lainnya.

Perlakuan terhadap disabilitas tidak boleh sama. Interaksi pengguna kursi roda tentu berbeda dengan tuna netra. Begitu juga tuna netra dengan tuna rungu dan lainnya, tentu tidak sama," kata Erlina Marlinda.
Baca juga: Para Menteri Asia Berusaha untuk Mewujudkan Pengurangan Risiko Bencana Alam yang Inklusif bagi Para Penyandang Disabilitas

Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Berkebutuhan Khusus Aceh (FKMBKA) Syarifruddin mengatakan simulasi dan pelatihan evakuasi mandiri tersebut digelar untuk meningkatkan kemampuan penyandang disabilitas dalam menghadapi bencana.

"Kami para penyandang disabilitas merupakan kelompok rentan, jadi perlu belajar evakuasi mandiri ketika terjadi bencana. Kegiatan ini juga bagian dari refleksi 15 tahun gempa dan tsunami Aceh," kata Syarifuddin.

Penyandang disabilitas netra tersebut mengkritisi sikap pemerintah yang dinilainya tidak peduli terhadap masyarakat berkebutuhan khusus. Buktinya, penyandang disabilitas tidak dibantu saat simulasi bencana.

"Kami ingatkan kepada pemerintah jangan pernah mengatakan melawan lupa membangun siaga. Kepada kami yang disabilitas ini, pemerintah tidak pernah buat pelatihan evakuasi mandiri," kata Syarifuddin.
Baca juga: Penyandang disabilitas harapkan pelatihan kebencanaan

Melatih penyandang disabilitas intelektual tangguh dalam bencana

Pewarta: M.Haris Setiady Agus
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019