Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mulai menggunakan aspal hotmix dengan campuran limbah plastik pada proyek pembangunan dan perbaikan/pelapisan ulang ruas jalan kabupaten di wilayah itu.sampah plastik yang digunakan sebagai campuran aspal hotmix harus memenuhi spesifikasi tertentu,...
Pengaspalan perdana menggunakan aspal hotmix dengan campuran limbah plastik itu dilakukan di ruas jalan Kedungwuluh Lor-Panusupan, Banyumas, Jumat, dan dipimpin langsung oleh Bupati Banyumas Achmad Husein.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati mengatakan pengaspalan ruas jalan tersebut merupakan proyek percontohan penggunaan aspal dengan campuran limbah plastik yang ditujukan untuk mengurangi sampah plastik di Kabupaten Banyumas yang selama ini kurang termanfaatkan dengan baik sehingga menjadi masalah lingkungan.
"Untuk mengatasi sampah, saya telah membuat sistem sebagai rambu-rabu agar semua melaksanakan agar tidak tersesat. Saya minta semua mendukung dengan baik, sesuai dengan sistem tersebut dan tupoksi (tugas pokok dan fungsi, red.) agar program ini tidak gagal," katanya.
Ia mengatakan pihaknya pada tahun 2020 telah menyiapkan anggaran, sistem, dan peralatan, sehingga tinggal bagaimana masyarakat Banyumas melalui kelompok swadaya masyarakat (KSM), Dinas Pekerjaan Umum, dan Dinas Lingkungan Hidup bisa bekerja sama agar tidak ada sampah plastik yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Kendati demikian, dia mengakui jika kegiatan tersebut kemungkinan tidak bisa mulai dilaksanakan pada Januari 2020 dan diperkirakan baru dapat dimulai pada bulan April, sehingga pada bulan Mei dan seterusnya tidak ada lagi sampah plastik yang masuk TPA.
"Saya berharap semua mendukung, termasuk TNI dan Polri. Bilamana perlu, saya akan memaksa agar pada tahun 2020, semua jalan hotmix yang menggunakan dana APBD Banyumas, mau tidak mau harus menggunakan aspal hotmix dengan campuran plastik. Apabila tidak menggunakan hotmix dengan campuran plastik, lebih baik ditunda dulu proyeknya," kata Bupati.
Baca juga: LIPI lakukan penelitian sampah plastik di perairan Indonesia
Menurut dia, hal itu juga perlu komitmen dari pengusaha Asphalt Mixing Plant (AMP) untuk terus menggunakan sampah plastik sebagai campuran karena setiap tahunnya di Banyumas ada sekitar 95 ton sampah plastik kresek.
Sementara itu, Kepala DPU Kabupaten Banyumas Irawadi mengatakan penggunaan sampah atau limbah plastik sebagai campuran aspal hotmix itu merupakan perintah Bupati Banyumas.
Akan tetapi, kata dia, sampah plastik yang digunakan sebagai campuran aspal hotmix harus memenuhi spesifikasi tertentu, yakni cacahan plastik yang akan digunakan harus dalam keadaan kering, bersih, dan terbebas dari bahan organik serta ukuran cacahannya maksimal 9,5 milimeter.
"Pemanfaatan limbah plastik sebagai bahan tambahan pada aspal hotmix adalah sebagai salah satu solusi bagi permasalahan limbah plastik dan merupakan wujud dari kepedulian terhadap lingkungan," katanya.
Dia mengatakan untuk mengolah 1 ton aspal hotmix membutuhkan 2,51 kilogram sampah plastik yang telah dicacah secara teknis dan berdasarkan hasil penelitian, segi ketahanan jalan yang menggunakan aspal hotmix dengan campuran sampah plastik itu 40 persen lebih tahan terhadap deformasi dan keretakan.
Menurut dia, sampah plastik yang digunakan untuk uji coba berasal dari KSM Sampah, Purwokerto, dan dibatasi untuk jenis kantong kresek (LDPE/Low Density Poly Ethylene) yang telah melalui proses pencucian dan pencacahan.
Baca juga: Musi Banyuasin bangun pabrik pengolahan aspal karet
"Dalam uji coba ini, dari 300 kilogram sampah plastik, volume yang sesuai dengan spesifikasi baru 75 kilogram. Ini tentu menjadi pembelajaran semua agar sampah plastik yang digunakan sesuai dengan spesifikasi," katanya.
Ia mengatakan DPU Kabupaten Banyumas pada tahun 2020 akan membangun jalan sepanjang 103 kilometer dan lebar 4 meter dengan anggaran lebih kurang Rp4 miliar dan diperkirakan membutuhan 95 ton sampah plastik untuk campuran aspal hotmix.
Menurut dia, aspal hotmix dengan campuran sampah plastik itu diproduksi oleh AMP yang berlokasi di Wangon, Banyumas.
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019