Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, mendorong Museum Batik Pekalongan menambah koleksi batik sebagai upaya menambah daya tarik wisatawan berkunjung ke daerah setempat.Kami berkeinginan Museum Batik Pekalongan terus berinovasi dengan memperbaharui dan menambah koleksi batik yang tetap mempertahankan nilai tradisi dan sejarah sebagai daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah ini
Wali Kota Pekalongan Saelany Machfudz di Pekalongan, Senin, mengatakan bahwa di usia 10 tahun batik sejak ditetapkan sebagai warisan tak benda asli Indonesia maka Museum Batik Pekalongan harus terus melakukan inovasi-inovasi untuk pengembangan kemajuan batik.
"Kami berkeinginan Museum Batik Pekalongan terus berinovasi dengan memperbaharui dan menambah koleksi batik yang tetap mempertahankan nilai tradisi dan sejarah sebagai daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah ini," katanya.
Sejak diakui oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), kata Saelany Machfudz, saat ini batik sudah mendunia dan menggema sehingga masyarakat harus bisa melestarikan dan "menguri-uri" (melestarikan) budaya lokal.
Kepala UPTD Museum Batik Pekalongan, Bambang Saptono mengatakan saat ini sebanyak 1.267 koleksi batik dengan berbagai corak dan motif yang ditempatkan di tiga ruang pamer Museum Batik Pekalongan.
Adapun jumlah tingkat kunjungan wisatawan hingga akhir Desember 2019, kata dia, sebanyak 28.930 wisatawan baik lokal maupun berasal dari mancanegara dengan menyumbang PAD sebesar Rp101 juta.
Ia mengatakan untuk menarik wisatawan berkunjungan ke museum batik, pihaknya menggagas sejumlah program kerja dengan menggandeng sejumlah sekolah, komunitas penggerak wisata, dan biro perjalanan wisata.
"Selain itu, kami terus melakukan promosi wisata baik melalui media sosial maupun mengikuti beberapa pameran," kata Bambang Saptono.
Baca juga: Museum Batik Pekalongan tambah ornamen motif batik
Baca juga: Seribu payung disimpan di Museum Batik Pekalongan
Baca juga: Museum Batik Pekalongan SImpan 800 Koleksi Kuno
Pewarta: Kutnadi
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019