Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) belum memprioritaskan pembangunan jalan Bedah Menoreh yang menghubungkan Bandara Internasional Yogyakarta menuju Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur yang melintasasi Bukit Menoreh di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.Untuk itu, yang kami tangani dari Wates-Sentolo-Dekso-Klangon-Borobudur mulai 2020. Itu yang akan menjadi konektivitas Kulon Progo dengan Borobudur. Itu semua jalan provinsi
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono di Kulon Progo, Selasa, mengatakan jalan penghubung Bandara Internasional Yogyakarta menuju KSPN Borobudur ada tiga alternatif, yakni jalur bagian timur meliputi Sedayu-Milir Magelang, jalur bagian tengah ada Wates-Sentolo-Dekso-Klangon-Borobudur, dan ada jalur Bedah Menoreh.
"Setelah dilihat dari studi kelayakan, tidak semua kami buat," kata Basuki Hadimuljono di sela peresmian Bendung Kamijoro.
Baca juga: Bukit Menoreh ditata jadi objek wisata berstandar internasional
Pembangunan jalan Bedah Menoreh sangat mahal karena kontruksinya rumit dan pastinya sedikit merusak lingkungan karena tanahnya berbukit-bukit, dan membutuhkan lebih dari Rp2 triliun. Pembebasan lahan sendiri membutuhkan anggaran lebih dari Rp1 triliun.
"Untuk itu, yang kami tangani dari Wates-Sentolo-Dekso-Klangon-Borobudur mulai 2020. Itu yang akan menjadi konektivitas Kulon Progo dengan Borobudur. Itu semua jalan provinsi," katanya.
Sementara itu, Bupati Kulon Progo Sutedjo mengatakan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kulon Progo sudah mulai melakukan pemetaan wilayah atas rencana jalur Bedah Menoreh.
Dari rencana semula total panjang jalur sekitar 53 kilometer kemudian dipangkas dengan pelurusan jalur atau pemilihan kontur trase sehingga bisa didapat jarak lebih pendek yakni 53 kilometer.
Baca juga: Kulon Progo akan bangun Taman Kerajaan Nusantara di Bukit Menoreh
Dari panjang tersebut, 23 kilometer sudah terselesaikan dengan ruas jalan provinsi dalam dua lajur. Tersisa panjang trase 30 kilometer yang belum terselesaikan karena masih perlu pelebaran jalan dan pengkondisian pembangunan fisiknya.
Ada beberapa ruas yang belum bisa tersambung karena dibuat jalan baru, terutama yang jalan eksistingnya berupa belokan tajam atau tanjakan dan turunan curam. Sutedjo menyebut pada beberapa ruas memiliki phase base yang cukup sulit karena ada jurang yang dalam di tepiannya. Ada juga yang sudah saling menyambung namun trasenya masih kurang layak. Tidak heran, proyek ini membutuhkan waktu panjang untuk menyelesaikan.
"Bahkan RPJMD 2017-2022 juga belum bisa selesai kalau kita mengandalkan APBD dan Danais, makanya ketika di rapat terbatas itu disinggung masalah akses BIY ke Borobudur, itu jadi kesempatan kami," kata Sutedjo.
Baca juga: 12 objek wisata Kulon Progo mendukung Candi Borobudur
Pewarta: Sutarmi
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019