"Gangguan sementara waktu hanya terjadi di beberapa titik yang mendapatkan akses internet dari BAKTI, jadi tidak semua wilayah dan tidak termasuk wilayah komerisial," ujar Plt Kepala Biro Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Ferdinandus Setu dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
Migrasi teknologi yang dilakukan BAKTI tersebut berupa pergantian perangkat dari VSAT C-Band menjadi KU-Band HTS atau Fiber Optik (FO). Dikarenakan aktivitas tersebut, jaringan internet akan mengalami gangguan sementara sampai dengan proses instalasi perangkat selesai dilakukan.
Direktur Layanan TI Untuk Masyarakat dan Pemerintah BAKTI, Danny Januar, mengatakan bahwa proses migrasi teknologi tersebut telah dimulai sejak awal November 2019.
"Namun, karena kondisi geografis kemungkinan sebagian besar minggu ketiga Januari sudah berangsur normal kembali," ujar Danny saat dihubungi Antara.
Danny menambahkan bahwa migrasi teknologi tersebut berdampak hanya kepada sekitar 1.700 lokasi akses internet, yang terletak di wilayah terluar, tertinggal dan terdepan (3T), yang disediakan oleh BAKTI yang menggunakan satelit.
Gangguan akses internet tersebut, lanjut Danny, berupa penurunan kecepatan. Namun, beberapa lokasi kemungkinkan tidak bisa mengakses internet sampai dengan pergantian perangkat selesai.
"Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk peningkatan bandwidth sesuai dengan tuntutan masyarakat di sana," ujar Danny.
Pembangunan akses internet di wilayah 3T telah dilakukan oleh pemerintah sejak 2015. Program akses internet BAKTI tersebut telah dimanfaatkan untuk mendukung layanan pendidikan dan kesehatan oleh masyarakat.
Baca juga: Perjalanan Indonesia siapkan 5G
Baca juga: Palapa Ring, asa baru internet cepat Indonesia
Baca juga: Menkominfo Tinjau akses internet BAKTI di NTT
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020