"Setiap tujuan wisata harus bisa mengenali ancaman bencana dan menyiapkan strateginya. Mengenali masalahnya dan mencari solusinya," kata Muhari dalam Rapat Koordinasi Pengurangan Risiko Bencana dan Kesiapsiagaan dalam Pembangunan Kawasan Destinasi Wisata yang diadakan di Graha BNPB, Jakarta, Jumat.
Muhari mengatakan tujuan wisata yang aman dan tangguh bencana dapat dicapai melalui pencegahan, menghindari, dan pengurangan risiko bencana dengan kesiapsiagaan dan kewaspadaan serta mitigasi.
Baca juga: Menyiapkan generasi tangguh bencana belajar dari tsunami Aceh
Menurut Muhari, tujuan wisata yang aman dan tangguh bencana harus memiliki struktur bangunan yang aman, sarana dan prasarana evakuasi yang memadai, memiliki manajemen risiko bencana, melakukan sosialisasi dan edukasi kebencanaan untuk warga dan pengunjung, melakukan simulasi bencana secara rutin, dan memiliki perencanaan untuk mengantisipasi kejadian bencana.
"Semua itu hanya bisa dicapai dengan melibatkan banyak pihak. Perlu ada sinergi multipihak," tuturnya.
Muhari mengatakan bencana yang merupakan peristiwa alam kadang tidak bisa diperkirakan. Gunung api yang biasanya memberikan tanda-tanda pun bisa saja langsung meletus.
"Selandia Baru yang secara sistem, personel dan perangkat sudah sangat maju dengan prosedur standar operasional yang baik, tetap kecolongan dengan letusan Gunung White Island," katanya.
Karena itu, sebagai penyumbang devisa kedua terbesar, pariwisata Indonesia harus didorong untuk menjadi tujuan wisata yang aman dan tangguh bencana.
Setidaknya terdapat lima tujuan pariwisata Indonesia yang paling prioritas, yaitu Danau Toba, Mandalika, Candi Borobudur, Labuan Bajo, dan Likupang.
Baca juga: BNPB luncurkan program keluarga tangguh bencana di Aceh
Baca juga: Rote Ndao bentuk 23 desa tangguh bencana di perbatasan Australia
Baca juga: BPBD Bantul targetkan semua 75 desa menjadi desa tangguh bencana
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020