• Beranda
  • Berita
  • KLHK prioritaskan rehabilitasi DAS Ciliwung dan Cisadane

KLHK prioritaskan rehabilitasi DAS Ciliwung dan Cisadane

3 Januari 2020 18:36 WIB
KLHK prioritaskan rehabilitasi DAS Ciliwung dan Cisadane
Foto udara aliran Sungai Ciliwung di kawasan Gedong, Pasar Rebo, Jakarta, Kamis (7/2/2019). Pemprov DKI Jakarta akan melanjutkan normalisasi Sungai Ciliwung yang sempat tekendala pembebasan lahan pada Tahuyn 2018 untuk mengatasi banjir di Ibukota. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Penyebab yang lain adalah hilangnya situ dan alih fungsi rawa. Semua itu sekarang sudah berubah jadi lahan pemukiman, kantor dan lain-lain yang tertutup beton. Selain itu sistem drainase kita cukup buruk

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terus memprioritaskan rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) termasuk Ciliwung dan Cisadane, menurut pelaksana tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL) Hudoyo.

"Kami di seluruh Indonesia merehabilitasi terutama di DAS prioritas, dan Ciliwung, Cisadene, Citarum dan lain-lain itu DAS prioritas. Sayangnya memang kemampuan APBN kita itu tidak sebanding dengan kekritisan lahan di daerah tersebut," kata Hudoyo ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

Dia mengambil contoh bagaimana tutupan di hulu DAS Ciliwung dan Cisadane hanya mencapai 18.296 hektare (ha) atau 38,2 persen saja dari total luas kawasan hutan. Sementara luasan itu hanya 4,1 persen dari total luas DAS Ciliwung dan Cisadane dari hulu hingga hilir yang bervegetasi. 
 
Sisanya, ujar Hudoyo, adalah areal penggunaan lain (APL)  yang mana KLHK tidak bisa memaksakan untuk meminta dilakukan rehabilitasi di wilayah DAS tersebut. Kebanyakan tanah itu dimiliki oleh masyarakat, karena dirinya mengharapkan peran pemerintah daerah yang lebih besar untuk mendorong  rehabilitasi kawasan tersebut. 

Baca juga: Kepala BNPB minta masyarakat sekitar DAS mengungsi dulu
Baca juga: Menteri LHK ajak masyarakat galakkan penanaman bambu

Terkait permasalahan banjir yang terjadi di daerah Jakarta dan beberapa kawasan sekitarnya seperti Bogor dan Depok, menurut Hudoyo, curah hujan yang tinggi dan pengalihan fungsi lahan turut berperan dalam kejadian tersebut.

Selain itu terdapat lintasan air dari Bogor dan Depok serta bagian lereng DAS Ciliwung berupa kipas aluvial yang merupakan tanah lempung yang gampang mengalirkan air.

"Penyebab yang lain adalah hilangnya situ dan alih fungsi rawa. Semua itu sekarang sudah berubah jadi lahan pemukiman, kantor dan lain-lain yang tertutup beton. Selain itu sistem drainase kita cukup buruk," ujar dia.

Dia mencontohkan bagaimana beberapa sungai tidak mampu lagi menampung volume air ada akibat curah hujan yang tinggi.

Baca juga: Menteri LHK ingin pemulihan DAS konsep ekoriparian diperluas
Baca juga: Memupuk kepedulian pada Ciliwung lewat Kopi Pinggir Kali

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2020