Pada malam Tahun Baru 2020, Selasa (31/12/2019), hujan dengan intensitas tinggi serta tak henti-henti itu telah menyebabkan sebagian wilayah di DKI Jakarta terendam banjir.
Sembari membersihkan jendela kaca sekolah, Heri bercerita bahwa sebelum banjir melanda sebagian wilayah di Jakarta, ia menyempatkan diri menonton berita melalui televisi yang menayangkan imbauan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan soal status Pintu Air Katulampa Bogor yang sudah masuk Siaga I.
Mengetahui kabar buruk tersebut, Heri mengikuti kata hatinya untuk bergegas menyelamatkan barang-barang dan aset penting sekolah agar tak terendam banjir.
"Sejak Pak Anies (Gubernur DKI Jakarta) bilang kalau (Pintu Air) Katulampa yang di Bogor udah dibuka, saya di sini langsung beres-beres, naikkin barang-barang ke atas," ungkap Heri.
Betul saja, berita buruk menjadi kado tahun baru baginya yang baru saja pulang dari kampung halamannya.
Baca juga: Jadi tempat pengungsian, SD Rawa Buaya berbenah untuk semester baru Kabar tersebut berubah nyata menjadi sebuah bencana kala banjir mulai memasuki halaman yang mengakibatkan lantai satu sekolah itu terendam air. Air itu mulai masuk pada Kamis (2/1) pukul 02.00 dini hari WIB.
Malapetaka itu datang sebab aliran listrik di sana pun mati total, sedangkan Heri harus terus memantau seluruh bagian di sekolah serta menyelamatkan barang-barang lainnya.
"Aduh pas malam-malam itu repot banget karena listrik padam tapi kita juga harus terus mantau, gimana tuh," ucapnya.
Tinggi air sudah mencapai sekira 70 centimeter (cm) di depan sekolah, sedangkan di halaman tinggi air mencapai sekitar 50 centimeter.
Adapun air juga masuk ke ruangan kelas dengan ketinggian sekira 10 centimeter.
Baca juga: Ikut kerja bakti, Sekda kasih jam ke warga Kampung Makasar Hari itu menjadi hari yang panjang dan melelahkan karena ia harus melewati malam tanpa istirahat ataupun tidur sejenak. Ia lalui malam hingga pagi hari dengan cemas dan berharap semua baik-baik saja.
"Dua hari itu saya begadang soalnya harus terus memantau kan, takutnya banjir makin naik," katanya.
Banjir baru surut pada Jumat (3/1). Namun tugas belum selesai. Pria asal Karawang itu menuturkan masih ada lumpur tebal yang sulit dibersihkan.
"Yang paling susah tuh membersihkan lantai dari lumpur. Soalnya lumpurnya berkerak kan jadi agak susah," katanya sambil menata meja dan kursi di ruang kelas.
Ia bercerita, SDN Pasar Baru sudah menjadi langganan banjir saban tahun. Dia mengungkapkan, banjir pembukaan tahun baru ini merupakan banjir pertama setelah terakhir kali terjadi pada 2014 silam.
Baca juga: Alat berat dikerahkan untuk kerja bakti di Kampung Pulo Heri tampak tak henti-hentinya terus berbenah membersihkan dan merapikan setiap ruangan kelas karena kegiatan belajar-mengajar akan kembali dimulai pada Senin (6/1).
Berkat kesiap-siagaannya, Heri dan kawan-kawan lainnya benar-benar menjadi penjaga sekaligus penyelamat yang berperan penting bagi sekolah sehingga tak ada buku-buku maupun aset penting yang terendam banjir.
Meskipun musim hujan belum mencapai puncaknya, Heri hanya berharap pemerintah dan masyarakat dapat bersama-sama menjadi orang yang paling peduli dengan lingkungan. Sebab jika hujan adalah sunatullah, maka tugas manusia adalah merawat apapun yang dititipkan Tuhan-nya.
Baca juga: Drainase di Jakarta Barat butuh perbaikan
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020