"Nama-nama itu sudah kami usulkan ke pusat," kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar RI di Beijing, Yaya Sutarya, Minggu.
Besaran beasiswa yang diusulkan adalah 5.000 dolar HK atau sekitar Rp9 juta per tahun yang bisa digunakan untuk membayar uang kuliah di UT sebesar 2.500 dolar HK per semester.
Sebanyak 12 PMI itu, yang semuanya kaum pekerja migran perempuan, saat ini sedang menempuh pendidikan S-1 jurusan Sastra Inggris, Akuntansi, Komunikasi, Manajemen, dan Hukum dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) antara 3,00 hingga 4,00.
Menurut Yaya, yang wilayah tugasnya meliputi China, Hong Kong, Makau, dan Mongolia, beasiswa akan menjadi bentuk apresiasi pemerintah kepada mahasiswi yang memiliki nilai maksimal dan mampu mengatur waktu belajar dan bekerja sebagai tenaga kerja di Hong Kong.
"Kami sangat berharap Kemendikbud dapat memberikan beasiswa unggulan ini untuk mendorong para pekerja migran kita dapat mengisi hari libur kerja dengan kegiatan yang positif," ujarnya.
Selain itu, beasiswa tersebut juga bisa memberikan motivasi kepada 180 ribu PMI di Hong Kong dan Makau agar dapat memanfaatkan layanan pendidikan Indonesia.
Sejak dibuka pada 2014 di Hong Kong, UT telah mewisuda 86 PMI menjadi sarjana S-1 dari berbagai jurusan.
Sampai saat ini, UT memiliki 233 mahasiswi S-1 dari kalangan pekerja migran di Hong Kong yang mengikuti program perkuliahan dengan biaya sendiri.
Perkuliahan dilakukan dengan metode jarak jauh dan tatap muka secara berkala.
Baca juga: 86 pekerja migran Indonesia di Hong Kong gondol gelar sarjana
Baca juga: 150 TKI Hong Kong diwisuda di kapal pesiar
Baca juga: Unjuk rasa di Hong Kong tak berdampak terhadap TKI
Pemerintah siap beri bantuan jurnalis Yuli korban deportasi di Hong Kong
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020