• Beranda
  • Berita
  • Sigi paling sering dilanda banjir dan longsor pada 2019

Sigi paling sering dilanda banjir dan longsor pada 2019

7 Januari 2020 11:40 WIB
Sigi paling sering dilanda banjir dan longsor pada 2019
Warga berada di sekitar tumpukkan material yang terbawa banjir bandang dan menerjang pemukiman warga di Dusun Pangana, Desa Bolapapu, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (13/12/2019). ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/foc.
Wilayah Sigi, salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang selama 2019 paling sering dilanda bencana alam banjir dan tanah longsor dengan kerugian cukup besar.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulteng, Bartholomeus Tandigala di Palu, Selasa, mengatakan berdasarkan data yang ada pada instansi itu, Kabupaten Sigi yang pada 2018 juga diterjang gempa bumi dahsyat dengan magnitudo 7,4 dan menelan korban jiwa mencapai ribuan orang. 

Selama 2019, bencana yang paling menonjol dari seluruh kabupaten/kota adalah banjir bandang dan tanah longsor.

Banjir bandang terbesar terjadi di Sigi menjelang akhir tahun menelan dua korban jiwa dan ratusan rumah warga tertimbun material lumpur dan batu-batuan serta pepohonan yang dibawah banjir bandang. Selain Kabupaten Sigi, juga Donggala dan Kabupaten Buol.

Baca juga: Upaya Sigi keluar dari ancaman banjir dan longsor

Baca juga: Masyarakat diminta jaga kelestarian hutan cegah banjir dan longsor

Baca juga: Korban banjir di Kulawi masih bertahan di lokasi pengungsian


Tetapi secara keseluruhan semua daerah di Provinsi Sulteng, termasuk Kota Palu termasuk wilayah rawan bencana alam banjir.

Kota Palu, kata Bartholomeus, terdapat sungai besar yakni Sungai Palu yang mengalir ke dalam kota dan sering mendatangkan banjir kiriman.

Terdapat sejumlah anak sungai yang mengalir dan bermuara di Sungai Palu. Meski tidak hujan, Sungai Palu bisa banjir dan airnya meluap hingga ke permukiman penduduk yang ada di beberapa wilayah.

Mengingat hampir seluruh kabupaten/kota di Sulteng rawan banjir, kata dia, maka mitigasi bencana perlu terus disosialisasikan kepada masyarakat.

Masyarakat perlu mengetahui mitigasi bencana agar mereka tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana alam. Termasuk mengungsi kemana jika ada banjir dan gempa atau tsunami.

Menurut dia, pelajaran mitigasi bencana juga sangat perlu diajarkan di sekolah-sekolah. "Mengapa perlu?. Karena daerah kita rawan bencana alam," kata Bartholomeus.*

Baca juga: Banjir bandang di Sigi, "mungkin Tuhan mulai bosan?"Baca juga: DPRD Sulteng nilai perlu pelestarian DAS di Sigi cegah banjir

Baca juga: Pertamina salurkan logistik untuk korban banjir Sigi

Pewarta: Anas Masa
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020