Dinas Kesehatan Kota Wuhan menyebutkan 59 warga Ibu Kota Provinsi Hubei itu teridentifikasi mengidap virus yang tidak diketahui penyebabnya tersebut.
Dari jumlah itu sebanyak tujuh orang di antaranya termasuk kategori parah, demikian Dinkes Wuhan dikutip media resmi setempat, Kamis.
Kejadian itu pertama kali ditemukan di pasar ikan Kota Wuhan dan sejauh ini dugaan influensa, SARS, dan MERS telah dikesampingkan.
Pneumonia berbeda dengan TBC, meskipun sama-sama menyerang sistem pernapasan. Pneumonia atau penyakit paru-paru terjadi saat sistem kekebalan tubuh menurun sehingga menimbulkan peradangan pada paru-paru, sebagaimana dikutip laman Perhimpunan Pelajar Indonesia di Tiongkok (PPIT) Cabang Wuhan.
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan virus di udara yang dihirup manusia mengakibatkan peradangan pada kantong-kantong udara di salah satu atau kedua paru-paru serta dipenuhi cairan atau nanah.
Penderita pneumonia mengalami sesak napas, demam, dan batuk berdahak.
Kedutaan Besar RI di Beijing memastikan bahwa sampai saat ini tidak ada warga negara Indonesia yang dilaporkan terjangkit pneumonia berat yang sedang melanda wilayah tengah daratan China itu.
Di Provinsi Hubei terdapat 428 warga negara Indonesia yang seluruhnya berstatus mahasiswa. Sekitar 200 di antaranya tinggal di Wuhan dan kuliah di delapan kampus berbeda.
"Saya kontak terus dengan PPIT Wuhan. Sejauh ini tidak ada pelajar kita yang terjangkit penyakit itu," kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing Yaya Sutarya.
Baca juga: KBRI Beijing pastikan tidak ada WNI terjangkit wabah pneumonia berat
Baca juga: Kemenkes: Masyarakat tidak perlu panik kasus pneumonia berat di China
Baca juga: Kemenkes selidiki kemungkinan kasus pneumonia berat di Indonesia
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020