Empat mitos tabir surya

12 Januari 2020 06:42 WIB
Empat mitos tabir surya
Ilustrasi pemakaian tabir surya (Shutterstock)
Ahli kesehatan kulit menyarankan tabir surya digunakan saat berkegiatan di luar ruangan demi menghindari penuaan dini dan risiko terkena kanker kulit.

Baca juga: 7 cara manfaatkan tabir surya kedaluwarsa

Namun, ada sebagian orang yang merasa tak membutuhkannya karena ada klaim produk ini lebih banyak sisi negatif ketimbang positifnya.

Dari sederet klaim sisi negatif, berikut empat di antaranya yang masih berkembang dan perlu Anda catat hanya sebagai mitos. Apa saja?

1. Tabir surya bisa jadi racun
Badan Pengawas Pangan dan Obat-Obatan Amerika Serikat (FDA) mengungkapkan studi yang menunjukkan, bahan-bahan yang terkandung dalam tabir surya antara lain avobenzone, oxybenzone, octocrylene and ecamsule, bisa mencapai darah. Studi itu mengarahkan para konsumen menggunakan produk tabir surya.

Baca juga: Cegah kanker kulit, pakai tabir surya SPF tinggi atau sedang?

Namun, ada jumlah tertentu pemakaian tabir surya yang dioleskan ke kulit agar bahan-bahannya bisa masuk ke kulit dan bercampur dengan darah. Bahkan, studi ini hanya melibatkan orang-orang yang menggunakan tabir surya tebal empat kali sehari, menurut Katie Lee dan Monika Janda, profesor ilmu perilaku dari University of Queensland di Australia.

Selain itu, tidak ada bukti bahan-bahan tersebut berbahaya dan pengujian lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memahami bagaimana tabir surya secara langsung mempengaruhi tubuh.

2. Orang dewasa bisa berhenti pakai tabir surya
Kulit terbakar pada masa kanak-kanak telah dikaitkan dengan melanoma dan karsinoma sel basal. Beberapa orang percaya terbakar sinar matahari berdampak kurang pada kulit mereka seiring bertambahnya usia.

Baca juga: Benarkah tabir surya halangi tubuh dapatkan vitamin D?

Namun, paparan sinar matahari pada usia berapa pun meningkatkan risiko kanker kulit dan menggunakan tabir surya dapat membantu orang tua dan muda mengurangi risiko masalah kesehatan ini.

"Penggunaan tabir surya juga mengurangi keratosis aktinik baru, lesi kulit prakanker dan mengurangi jumlah keratosis yang ada di Australia lebih dari 40 tahun," kata Lee dan Janda dalam sebuah artikel.

"Penggunaan tabir surya secara teratur juga bisa menjadi rem penuaan kulit, membantu mengurangi ketipisan kulit, mudah memar dan penyembuhan yang buruk yang membuat kulit yang lebih tua rentan terkena," sambung mereka.

3. Efek tabir surya bisa bahayakan tulang
Ada laporan tabir surya dapat berdampak negatif pada tulang karena menghambat vitamin D. Orang percaya produk ini mencegah sinar UV mencapai kulit, yang menyebabkan kekurangan vitamin.

Baca juga: Pakai tabir surya SPF terlalu tinggi, mubazir atau tidak?

Namun, penelitian menunjukkan, orang yang menggunakan tabir surya dan mereka yang tidak memiliki vitamin D, berbeda.

"Anda membutuhkan jauh lebih sedikit UV daripada yang Anda pikirkan untuk membuat vitamin D yang Anda butuhkan: hanya sepertiga dari UV yang menyebabkan kulit terbakar," kata Lee dan Janda.

4. Riwayat penyakit keluarga hambat efek tabir surya
Orang-orang juga mengabaikan tabir surya karena mereka sudah memiliki riwayat kanker kulit dalam keluarga mereka. Memang benar genetika berkontribusi terhadap melanoma.

Namun, tabir surya masih menawarkan manfaat kesehatan bagi orang-orang dengan riwayat kanker keluarga. Produk ini mengurangi paparan sinar matahari, yang pada tingkat tinggi dapat membuat orang lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit yang dikombinasikan dengan risiko genetik mereka, demikian seperti dilansir Medical Daily.


Baca juga: Tabir surya hingga payung penting saat hadapi suhu panas

Baca juga: Jangan luput pakai tabir surya di kelopak mata

Baca juga: Berapa SPF ideal tabir surya untuk negara tropis?

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020