Dirjen Perikanan Budi Daya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto mendorong pihak swasta untuk dapat lebih meningkatkan produksi komoditas sektor kelautan dan perikanan yang berorientasi ekspor.sejauh ini produk akuakultur memperlihatkan tren perkembangan ekspor yang sangat positif,...
Slamet Soebjakto dalam siaran pers di Jakarta, Rabu, mengapresiasi ekspor perdana yang dilakukan PT Japfa Comfeed Indonesia dengan total nilai sebesar Rp13,3 miliar, masing-masing produk fillet ikan nila senilai Rp3,4 miliar dengan tujuan ekspor AS, olahan ikan nila senilai Rp3,5 miliar dengan tujuan ekspor Filipina, dan olahan ikan sidat dengan nilai Rp6,1 miliar dengan tujuan Jepang. Selain produk olahan ikan, dilakukan juga ekspor pakan senilai Rp300 juta ke Timor Leste.
Dari catatan yang diterima Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), tahun 2019 ekspor perusahaan tersebut didominasi oleh produk akuakultur dengan nilai lebih dari Rp438 miliar, atau naik signifikan yakni sebesar 54 persen dari 2018 yang mencapai Rp284 miliar.
"KKP sangat mengapresiasi upaya pihak swasta dalam hal ini PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk yang terus fokus dalan pengembangan akuakultur, khususnya komoditas yang orientasi ekspor seperti udang, nila dan sidat," katanya.
Baca juga: KKP ekspor perdana perikanan tahun 2020 senilai Rp13,3 miliar
Menurut dia, sejauh ini produk akuakultur memperlihatkan tren perkembangan ekspor yang sangat positif, di mana komoditas udang memberikan porsi hampir 40 persen terhadap total ekspor perikanan.
"Mulai saat ini kami tengah merancang bagaimana produktivitas akuakultur ini bisa terus digenjot, meningkatkan efisiensi dan nilai tambah melalui pengelolaan yang terintegrasi dan ramah lingkungan. Tentu kami akan gandeng sektor swasta dan memfasilitasinya guna memastikan iklim usaha dan investasi bisa kondusif," ucap Dirjen Perikanan Budidaya.
Slamet menambahkan bahwa semakin meningkatnya ekspor produk akuakultur menunjukkan bahwa kualitas produk, manajemen ketelusuran dan jaminan keamanan pangan semakin baik.
Ia juga menyampaikan apresiasi yang tinggi atas keberhasilan ekspor pakan yang dilakukan. "Ekspor pakan ini luar biasa, karena selama ini kita impor, bahan baku utama seperti tepung ikan dan kedelai," ucapnya.
Terkait ekspor pakan, KKP bersama-sama dengan Organisasi PBB untuk Pangan dan Pertanian (FAO) meningkatkan kerja sama mendorong inovasi penggunaan pakan alternatif untuk budidaya ikan menggunakan maggot.
Baca juga: Pimpinan Perguruan Tinggi dorong usaha perikanan berorientasi ekspor
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo memaparkan, maggot adalah serangga pemakan bahan organik, sehingga protein serangga ini berkualitas tinggi dan menjadi sumber protein yang baik bagi ikan.
Menteri Edhy juga telah menerima perwakilan Organisasi PBB untuk Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO) di Indonesia, Stephen Rudgard, di Gedung Mina Bahari IV, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Senin (13/1).
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Edhy menjelaskan bahwa kemampuan maggot mengurai sampah organik dalam waktu 14 sampai 20 hari sangat berpotensi bagi pengembangan ekonomi berbasis laut atau ekonomi biru.
Menurut dia, inovasi penggunaan pakan alternatif dengan memanfaatkan limbah rumah tangga dan restoran untuk memproduksi maggot ini telah dikembangkan sekelompok warga di Kabupaten Garut.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020