Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan pengembangan multi hazard early warning system (MHEWS) atau sistem peringatan dini multibencana tidak begitu efektif dan masif pada 2019 jika dibandingkan 2017 dan 2018 dalam menghadapi bencana alam.Portal ini dikembangkan pada 2017, 2018 dan tahun 2019 relatif tidak ada pengembangannya
"Portal ini dikembangkan pada 2017 dan 2018, kemudian tahun 2019 relatif tidak ada pengembangannya," kata Kepala Pusdalop BNPB Bambang Surya Putra di Gedung Graha BNPB, Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan sejauh ini operasional MHEWS sepenuhnya ada di Institut Teknologi Bandung (ITB), jadi jalan atau tidaknya tergantung di perguruan tinggi itu sendiri.
Baca juga: BNPB terus intensifkan pengembangan MHEWS
Namun, mungkin karena portal itu sebuah tanggung jawab penelitian dan pendidikan, ITB hingga kini masih tetap melakukan pengembangan meskipun tidak dibiayai oleh BNPB.
BNPB terus melakukan pemantauan kualitas harian. Misalnya, dari sebuah prediksi berapa persentase ketepatannya. Sejauh ini yang dilakukan ITB baru pada tahap riset pra operasional.
Ia menjelaskan meskipun pada 2017 dan 2018 MHEWS sudah berjalan, 2019 lebih kepada upaya bagaimana menarik data-data dari BMKG secara berkesinambungan mensuplai data di MHEWS.
BNPB berharap MHEWS terus dapat beroperasional karena menggunakan dua lapis data. Secara umum,
MHEWS memiliki tujuan mengintegrasikan berbagai informasi terkait banjir, longsor, potensi banjir bandang, tsunami, gempa bumi melalui satu portal terintegrasi.
Sebetulnya, ujar dia, informasi yang disajikan oleh BMKG dan MHEWS sama saja. Tujuannya ialah memudahkan pemangku kepentingan untuk melihat sebuah tempat yang terintegrasi.
Oleh karena itu, ke depan BNPB terus mengintensifkan pengembangan MHEWS sebagai salah satu langkah meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana di Tanah Air.
Baca juga: Sistem EWS BPPT pantau banjir dan longsor dukung kesiapsiagaan bencana
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020