• Beranda
  • Berita
  • PUPR tidak akan bangun sekolah di lahan relokasi Palu dan Sigi

PUPR tidak akan bangun sekolah di lahan relokasi Palu dan Sigi

16 Januari 2020 01:49 WIB
PUPR tidak akan bangun sekolah di lahan relokasi Palu dan Sigi
Suasana proyek pembangunan hunian tetap di Kelurahan Tondo, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (12-10-2019). Proyek hunian yang didukung oleh Yayasan Buddha Tzu Chi itu telah rampung 300 unit dari target 2.500 unit huntap setara rumah tipe 36 dan sedang digenjot penyelesaiannya agar dapat dihuni para korban bencana pada awal 2020. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/aww.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tidak akan membangun sekolah dan rumah ibadah di kawasan relokasi hunian tetap (huntap) untuk pengungsi korban gempa, tsunami, dan likuefaksi di Kota Palu dan Kabupaten Sigi.

"Mungkin saya perlu sampaikan memang di dalam DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) kami kalau pembangunan sekolah dan rumah ibadah di kawasan relokasi untuk huntap belum ada," kata Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Sulawesi Tengah pada Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Aksa H. Mardani di Palu, Rabu (15/1).

Hal itu dia sampaikan dalam rapat evaluasi percepatan pembangunan huntap relokasi di Kota Palu dan Kabupaten Sigi pascabencana 2018 di Aula Merah Putih, Markas Komando Resor Militer (Korem) 132/Tadulako.

Baca juga: ATR/BPN minta tidak ada penambahan lahan relokasi di Palu dan Sigi

Baca juga: Wali Kota Palu sebut Kelurahan Petobo bakal dihilangkan


Di depan Wali Kota Palu Hidayat dan Asisten II Setda Kabupaten Sigi Iskandar Nontji, , dia tidak mengungkapkan alasan BPPW Sulteng tidak memasukkan pembangunan sekolah dan rumah ibadah dalam DIPA tersebut.

"Kecuali pembangunan kembali sekolah-sekolah yang rusak di wilayah terdampak bencana di Palu dan Sigi itu, kami alokasikan dalam DIPA 2020," katanya menerangkan.

Pembangunan sekolah dan rumah ibadah di kawasan huntap tersebut, menurut dia, memerlukan sejumlah kajian. Tidak ujuk-ujuk langsung dilakukan penganggaran kemudian pembangunan.

Ia mencontohkan pembangunan sekolah, pihaknya harus tahu terlebih dahulu jumlah anak korban bencana yang tinggal di kawasan huntap itu, kemudian umur dan jenjang pendidikan terakhir mereka.

"Begitu juga dengan rumah ibadah. Rumah ibadah yang dibangun harus dekat dari pengungsi," ucapnya.

Pewarta: Muhammad Arshandi
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020