"Selain di Pilangkenceng, lahan padi yang diserang adalah di Kecamatan Wonoasri dan Balerejo," ujar Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH), Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun Sumanto di Madiun, Jumat.
Menurut dia, total lahan padi yang rusak akibat serangan tikus di tiga kecamatan itu sekitar 100 hektare. Masing-masing kecamatan memiliki luas terdampak berbeda-beda.
Kecamatan Wonoasri terdapat 16 hektare yang terdampak, Balerejo 30 hektare, dan Pilangkenceng 54 hektare yang terdampak tikus.
Baca juga: Puluhan hektare lahan padi di Madiun-Jatim diserang hama tikus
Baca juga: Dinas Pertanian Ngawi larang petani gunakan jebakan tikus listrik
Baca juga: Malaysia andalkan burung hantu basmi tikus di kebun sawit
"Kebanyakan yang diserang itu tanaman padi yang baru tanam. Sekitar umur 10 sampai 15 hari setelah masa tanam," kata dia.
Menyikapi kondisi tersebut, Disperta melakukan sejumlah langkah pengendalian dan pemberantasan hama tikus. Di antaranya, pengadaan 400 unit emposan tikus dan pembagian racun tikus kepada petani. Selain itu, pihaknya juga akan melakukan "gropyokan" (kejar dan bunuh) tikus secara serentak.
"Gropyokan harus serentak. Kalau dilakukan sendiri-sendiri kurang efektif. Tikus bisa memiliki ruang untuk kabur ke daerah yang tidak dilakukan gropyokan," katanya.
Guna mengurangi populasi tikus, pihaknya memiliki wacana akan membatasi penanaman padi dengan maksud meminimalkan ketersediaan makanan (padi) bagi hama tersebut.
"Tikus itu akan cepat berkembang biak jika makanannya melimpah. Satu pasang tikus bisa berkembang biak hingga menjadi 2.300 ekor dalam setahun," kata Sumanto.
Untuk itu, pihaknya akan mengarahkan petani menanam tanaman yang tidak disukai tikus. Seperti bawang merah, tembakau, ataupun cabai saat kemarau. Dengan demikian tingkat perkembangbiakan tikus dapat ditekan dan dibasmi.*
Baca juga: Hama tikus serang tanaman padi di Garut
Baca juga: Puluhan hektare sawah di Solok Selatan gagal panen diserang hama
Baca juga: Petani dan TNI di Tulungagung gelar "gropyokan" basmi hama tikus
Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020