"Teramati dua kali letusan di Gunung Semeru dengan warna asap putih kelabu setinggi 400 meter pada pagi hari dan sorenya setinggi 600 meter yang condong ke arah utara," kata Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Hendra Gunawan saat dihubungi dari Lumajang, Sabtu.
Erupsi Jumat (17/1) pagi terekam di seismogram berlangsung kurang lebih dua menit sembilan detik dengan amplitudo maksimum 25 mm. Tinggi kolom abunya sekitar 400 meter di atas puncak (sekitar 4.076 mdpl) menurut PVMBG.
"Sorenya erupsi terekam di seismogram beramplitudo maksimum 24 mm selama kurang lebih satu menit 39 detik dengan kolom abu setinggi 600 meter di atas puncak (4.276 mdpl) yang teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal yang condong ke arah utara," kata Hendra.
Ia menjelaskan bahwa selama 24 jam pengamatan pada 17 Januari 2020, Gunung Semeru mengalami 23 kali gempa letusan dengan amplitudo 9-23 mm selama 23-221 detik, empat kali gempa guguran dengan amplitudo 3-9 mm selama 68-122 detik, dan empat kali gempa embusan dengan amplitudo 3-8 mm, berdurasi 40-67 detik.
"Erupsi seperti itu di Gunung Semeru sering terjadi karena menandakan gunung api tersebut masih aktif," katanya.
Ia mengatakan bahwa gunung setinggi 3.676 mdpl itu tidak mengalami peningkatan aktivitas dan statusnya masih Waspada (Level II).
Dengan status tersebut, warga dan pendaki tidak boleh melakukan aktivitas di dalam radius satu kilometer dari puncak dan jalur sejauh empat kilometer di sektor lereng selatan-tenggara kawah aktif yang merupakan wilayah bukaan Jonggring Seloko sebagai alur luncuran awan panas.
"PVMBG merekomendasikan agar masyarakat dan pendaki mewaspadai gugurnya kubah lava di Kawah Jongring Seloko yang merupakan wilayah bukaan kawah aktif Gunung Semeru," kata Hendra.
Baca juga:
Gunung Semeru semburkan abu setinggi 400 meter
Pendakian di Gunung Semeru akan dibuka Januari 2020
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2020