Pengamat pariwisata Chandra Vokav Saritua menyarankan dilakukan revitalisasi di sektor pariwisata Indonesia agar bisa menjaring lebih banyak wisatawan mancanegara berkualitas yang berkunjung ke Tanah Air.Saat ini diperlukan terobosan untuk merevitalisasi pariwisata Indonesia hingga layak menjadi sektor unggulan
Ia yang menjabat sebagai Dewan Pembina Akademi Pariwisata ULCLA Toba di Jakarta, Sabtu, menilai saat ini diperlukan terobosan untuk merevitalisasi pariwisata Indonesia hingga layak menjadi sektor unggulan dan menarik wisatawan premium di tengah persaingan global yang ketat dan perubahan perilaku masyarakat di era revolusi industri 4.0.
"Selama ini kita kenal kunci 3A of tourism, sudah ketinggalan zaman itu. Sekarang ini sudah bertransformasi jadi 7A of tourism sebab menuntut kita kritis dan detail berstrategi berdasar preferensi pasar," ujar Chandra.
Baca juga: Indonesia siap jadi tuan rumah ASEAN Tourism Forum 2022
Ia mengatakan 7A of tourism adalah perluasan dari 3A of tourism yang selama ini dikenal yaitu access, attraction, dan ammenities.
Sedangkan 4A lain adalah elaborasi dan penajaman aspek tersebut yaitu activities, attitude, ambience, dan accelerator.
"Riset Akpar ULCLA Toba menemukan bila kita terus terpaku pada 3A, tidak akan bisa menarik perhatian wisatawan premium. Jadi, 7A of tourism ini lebih komprehensif karena wisatawan premium pasti punya ekspektasi yang tinggi secara mendetail," katanya.
Chandra menjelaskan aspek activities harus mendapatkan perhatian serius dan terpisah dari aspek attraction.
Hal ini diyakini karena aspek activities lah yang akan membuat wisatawan premium lebih betah lama tinggal di sebuah destinasi wisata dengan spending lebih banyak membawa devisa.
"Selain atraksi keindahan alam destinasi wisata, wisatawan pasti akan berpikir untuk melakukan aktivitas yang unik dan orisinil. Aspek aktivitas ini pula lah akan melibatkan masyarakat sekitar destinasi wisata untuk melakukan usaha di bidang ekonomi kreatif guna peningkatan kesejahteraan daerah," jelas Chandra.
Selanjutnya terkait aspek ambience dan attitude, ia memberi penekanan pada kedua aspek ini karena saling terhubung dan menguatkan.
Chandra berkata dalam kedua aspek sentral inilah butuh tekad kuat dari masyarakat bahwa daerahnya akan lebih sejahtera apabila mampu memberi kesan baik kepada wisatawan yang datang hingga terjadi repeat order dan bahkan referral.
Dengan contoh wilayah Danau Toba, Sumut, yang ditetapkan sebagai destinasi superprioritas kelas dunia, pakar ekonomi pariwisata dan koperasi digital ini mengajak seluruh pihak bekerja sama untuk memperkuat aspek ambience dan attitude.
Masyarakat sekitar Danau Toba harus teredukasi agar peka budaya dan sadar wisata serta hospitality termasuk sopan santun dan melayani.
"Sebagai satu-satunya perguruan tinggi pariwisata berbasis vokasi di wilayah Danau Toba, Akpar ULCLA Toba punya tanggung jawab moral membentuk masyarakat sadar wisata yang kuat. Mari semua pihak terlibat bersama, harus ada harmonisasi antara Kemenpar, BODT, pemprov dan tujuh pemda sekitar Danau Toba," kata lulusan MBA dari University of California Los Angeles, Amerika Serikat ini.
Lalu terkait aspek accelerator, Chandra melihat marketing digital akan memegang peranan penting walaupun strategi marketing lain juga berjalan seiring saling melengkapi.
Ajang internasional yang spektakuler akan sangat jitu mengenalkan destinasi wisata super prioritas Indonesia.
Perpaduan kuat dengan marketing digital akan mendorong sukses pariwisata sebagai sektor andalan.
"Selain event di lokasi destinasi, jangan lupa juga promosi di ajang akbar internasional yang telah mendunia, seperti Piala Eropa 2020 yang diselenggarakan di 12 negara Eropa, juga Olimpiade 2020 di Jepang. Bila ini diperkuat juga dengan marketing digital yang mumpuni, niscaya akan mempercepat pencapaian pariwisata Indonesia di kancah global," kata Chandra.
Baca juga: Erick Thohir dorong unsur seni budaya di bandara
Baca juga: Badung target 6,2 juta kunjungan turis asing
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020