PT Inalum (Persero) masih mencari mitra bagi penyedia pasokan listrik untuk pembangunan proyek fasilitas peleburan hasil tambang atau smelter di Kalimantan Utara.Listrik kami inginkan terpisah, entah nantinya joint dengan siapa, kita tunggu kebijakan, yang jelas secara kepemilikan kami inginnya mayoritas
"Listrik kami inginkan terpisah, entah nantinya joint dengan siapa, kita tunggu kebijakan, yang jelas secara kepemilikan kami inginnya mayoritas," kata Direktur Utama MIND ID/PT Inalum Orias Petrus Moedak di Kuala Tanjung, Sumatera Utara, Senin.
Ia menjelaskan bahwa saat ini smelter tersebut masih dalam studi kelayakan, dan diupayakan untuk meningkatkan produksi. Sedangkan persoalan kelistrikan Orias Petrus tidak mau sembarangan, dan menilai hal tersebut harus dipersiapkan lebih awal.
Baca juga: Inalum siapkan 6 miliar dolar AS tambah kapasitas produksi 2025
Potensi kelistrikan di Kalimantan Utara, bisa melalui pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan memanfaatkan aliran Sungai Kayan dan Sungai Mentarang. Dari aliran sungai tersebut diperkirakan bisa dibangun PLTA dengan kapasitas sampai 1.800 megawatt (MW) hingga 10 gigawatt (GW). Kapasitas smelter itu sendiri ditargetkan mencapai 500.000 ton per tahun.
Dengan besaran kapasitas smelter tersebut diperkirakan membutuhkan tenaga listrik sebesar 767 MW dan gas 3.341 MMBTu per hari. Rencananya untuk pembangkit listrik akan dibangun sebesar 1.700 MW dari PLTA.
Baca juga: Smelter Inalum-Antam dibangun, Indonesia stop impor alumina 2022
Dengan target produksi 500.000 ton alumunium per tahun maka akan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri tanpa bergantung dari impor, di mana kekurangan pasokan saat ini untuk dalam negeri masih sekitar 350.000 ton.
Baca juga: Rini "groundbreaking" pembangunan Smelter Grade Alumina Inalum-Antam
Baca juga: CEO Freeport targetkan pembangunan smelter selesai dalam lima tahun
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020