Pada tiga hari menjelang Imlek 2571, ikan dingkis masih langka di perairan Kota Batam Kepulauan Riau, padahal ikan itu menjadi bahan makanan utama masyarakat Tionghoa saat perayaan pergantian tahun China atau Imlek.biasanya satu kelong sampai puluhan kilogram
"Ini masih sepi, padahal biasanya satu kelong sampai puluhan kilogram," kaya Ketua RW Kelurahan Pemping Kecamatan Belakangpadang, M Yasin, Kamis.
Kelong merupakan alat penangkap ikan, serupa bubu yang dipasang di laut. Di sekitar Kecamatan Belakangpadang terdapat puluhan kelong.
Baca juga: Dingkis, hokinya Tionghoa hokinya nelayan
Dalam belasan kelong yang disinggahi ANTARA, hanya beberapa yang sudah mulai bisa dipanen. Banyak di antaranya yang masih kosong.
Dan di antara kelong yang sudah mulai terisi ikan, hanya beberapa ikan dingkis yang terperangkap.
"Cuma dapat tiga kelong," kata nelayan Pulau Pemping, Difri yang berteriak dari atas bubu.
Padahal, tahun lalu, kelongnya menghasilkan sampai 70 kg ikan dingkis.
Ikan dingkis menjadi makanan favorit masyarakat Tionghoa saat merayakan Imlek, karena hanya saat itu dingkis bertelur.
Menurut Camat Belakangpadang, Yudi Admaji, ikan dingkis saat Imlek memang berbeda dibanding biasanya, tidak amis.
Ikan dingkis hanya ramai mulai H-3 Imlek hingga hari H Imlek.
Menjelang Imlek, harga ikan dingkis melonjak hingga Rp400.000 per Kg, padahal pada hari lainnya hanya Rp30.000 per Kg.
Tidak heran bila nelayan menanti Imlek, karena saat itulah bisa menabung banyak uang untuk kebutuhan di hari-hari sulit melaut.
"Kami harap besok-besok ikan dingkis banyak, karena nelayan mengharapkan betul," kata dia.
Baca juga: Harga ikan dingkis meningkat pesat saat Imlek
Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020