• Beranda
  • Berita
  • LIPI dorong mitigasi penyebaran virus corona dari satwa liar

LIPI dorong mitigasi penyebaran virus corona dari satwa liar

24 Januari 2020 22:31 WIB
LIPI dorong mitigasi penyebaran virus corona dari satwa liar
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) (Antarasumsel.com/Logo/Aw)
Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cahyo Rahmadi mengatakan mitigasi penyebaran virus corona dari satwa liar harus dilakukan karena virus corona yang ditemukan di China merupakan jenis baru dan dapat ditularkan dari satwa liar ke manusia serta antarmanusia.

"Hewan yang dominan berpotensi membawa penyakit adalah tikus, kelelawar, celurut, karnivora dan kelompok primata seperti monyet," ujar Cahyo dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat.

Mitigasi tersebut diperlukan untuk antisipasi zoonosis, yakni penyakit yang dapat ditularkan dari satwa liar ke manusia.

Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit ringan seperti pilek dan penyakit yang serius seperti MERS dan SARS.

Coronavirus adalah single stranded RNA (ssRNA) virus yang umum ditemukan pada berbagai hewan yang berkeliaran di atas tanah seperti mamalia, burung dan reptil.

Beberapa jenis coronavirus dikenal dapat menyebabkan infeksi akut pada saluran pernapasan bagian atas maupun bawah pada manusia, diantaranya adalah Severe Acute Respiratory Syndrome-related Coronavirus (SARS-CoV) yang mengalami kejadian luar biasa di Tiongkok pada tahun 2002, Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) yang mengalami kejadian luar biasa di Arab Saudi pada tahun 2012, dan yang terakhir adalah virus corona yang diidentifikasi Organisasi Kesehatan Dunia dengan nama novel Coronavirus (2019-nCoV) yang laporan gejala awalnya terjadi di Wuhan, Tiongkok pada 31 Desember 2019 lalu.

Peneliti satwa liar dari Pusat Penelitian Biologi LIPI Taufiq P Nugraha menuturkan para ilmuwan menduga kemunculan
penyakit zoonosis baru (new emerging infectious diseases) seperti kasus virus corona di China baru-baru ini merupakan hasil tingginya frekuensi interaksi antara satwa liar dengan manusia.

Jika berkaca pada kasus ebola di Afrika, deforestasi untuk pertanian dapat berperan dalam ekspansi kelelawar di luar habitatnya dan ekspansi manusia ke dalam habitat kelelawar, sehingga keduanya dapat saling berinteraksi bebas dan berisiko tinggi dalam penyebaran penyakit baru.

Terhadap kasus virus corona di China itu, Taufiq menuturkan kemungkinan orang yang berinteraksi langsung di pasar hewan di Wuhan,Tiongkok, adalah yang pertama terkena penyakit infeksi tersebut.

"Interaksi langsung tersebut dapat melalui makanan maupun dalam proses pengolahan hewannya, baik hewan perantara maupun yang merupakan perantara alaminya," ujarnya.

Baca juga: Cegah virus Corona, Komisi IX: Pemerintah lakukan langkah terukur

Baca juga: Kemenkes tekankan perlunya jaga daya tahan tubuh cegah penularan virus

Baca juga: Antisipasi penyebaran virus, Menhub tutup penerbangan rute Wuhan

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2020