• Beranda
  • Berita
  • Satu warga Sleman meninggal akibat leptospirosis

Satu warga Sleman meninggal akibat leptospirosis

25 Januari 2020 13:37 WIB
Satu warga Sleman meninggal akibat leptospirosis
Leptospirosis itu disebabkan oleh kencing atau kotoran tikus. (Foto Antara)
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menerima laporan tiga kasus pasien terjangkit penyakit leptospirosis pada awal tahun 2020 dengan satu pasien meninggal dunia.

"Satu orang yang meninggal dunia ditangani Puskesmas Depok 2, sedangkan kondisi dua pasien lain sudah berangsur membaik," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman Novita Krisnaeni di Sleman, Sabtu.

Menurut dia, saat ini Dinkes Sleman sedang melakukan audit kejelasan pasien yang meninggal.

"Sedangkan dua orang pasien lain telah melewati masa kritis, dan keadaannya membaik," katanya.

Ia mengatakan warga yang meninggal dunia diduga akibat leptospirosis, keseharian merupakan pedagang di salah satu pasar tradisional daerah Kecamatan Depok.

"Ini menjadi peringatan bagi masyarakat bahwa leptospirosis tidak hanya rentan menyerang petani yang sering beraktivitas di sawah. Bakteri Leptospira interrogans yang ditularkan melalui air kencing tikus itu juga dapat dijumpai di tempat-tempat yang kotor baik di rumah, pasar, atau selokan," katanya.

Baca juga: Dinkes Pontianak imbau masyarakat waspada "urin tikus" bagi kesehatan

Baca juga: Ahli: Daerah terdampak banjir harus waspadai leptospirosis

Baca juga: Dinkes Tangerang: Warga waspadai penyakit leptospirosis pascabanjir


Novita mengatakan, pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti membiasakan mencuci tangan dan kaki setelah beraktivitas di luar ruangan.

"Pada musim hujan, antisipasi penyakit ini perlu ditingkatkan mengingat peluang risikonya lebih tinggi karena banyak genangan. Bakteri penyebab leptospirosis biasanya masuk ke dalam tubuh manusia lewat luka. Tapi juga bisa melalui mukosa," katanya.

Ia mengatakan gejala umum yang dirasakan penderita penyakit ini adalah panas, mual, nyeri, dan muntah. Disamping itu ada pula gejala khas berupa nyeri pada bagian betis, dan warna mata berubah menjadi kuning.

"Jika sudah parah, bisa mengakibatkan kerusakan ginjal. Pengobatan penyakit ini sendiri cukup menggunakan antibiotik yang tersedia di seluruh puskesmas," katanya.

Saat ini, kata dia, seluruh puskesmas di Sleman juga telah dilengkapi layanan rapid test yang dapat mendeteksi gejala leptospirosis sejak awal.*

Baca juga: PMI sosialisasikan cara pencegahan Hipotermia dan Leptospirosis

Baca juga: Warga diminta waspadai diare dan leptospirosis setelah kebanjiran

Baca juga: Kemkes imbau antisipasi leptospirosis dan DBD masuk musim hujan

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020