"Banjir di lima kecamatan, yaitu Bojongsoang, Dayeuhkolot, Baleendah, Rancaekek dan Majalaya, disebabkan karena tiga hari berturut-turut curah hujan di wilayah tersebut 551 mm per hari. Ini yang menyebabkan banjir, dan ketinggian banjir variasi dari 10 centimeter hingga 1,6 meter," kata Supriyatno, Sabtu.
Berdasarkan data BPBD Jabar, 3.744 rumah, empat sekolah, dan 17 rumah ibadah, terendam. Sebanyak 77 KK atau 225 jiwa mengungsi, dan 5.640 KK atau 18.636 jiwa terdampak banjir.
Baca juga: Wali Kota mencatat 1.100 jiwa terdampak banjir di Gedebage Bandung
Menurut Supriyatno, BPBD berkoordinasi dengan semua stakeholders untuk bahu-membahu dalam penanganan bencana banjir kali ini. Mulai dari komunitas kebencanaan dan kemanusiaan, media, sampai pihak swasta.
"Penanganan kebencanaan ini urusan bersama. Saya berharap kepada semua stakeholders terutama relawan, media, ada dari pemerintah, dan swasta sudah harmoni dan bersinergi. Mudah-mudahan bencana tidak berulang dan tidak ada lagi," ucapnya.
Pemerinta Provinsi Jabar bersama BPBD Jabar dan Dinas Sumber Daya Air (DSDA) memberikan sejumlah bantuan logistik untuk penanganan banjir dan pengungsi.
"Pak Gubernur (Ridwan Kamil) tidak bisa hadir dan memerintahkan kepada saya untuk mewakilkan memberikan langsung kepada warga. Ada beberapa bantuan yang untuk bisa memenuhi kebutuhan warga yang terdampak," kata Supriyatno.
Baca juga: Ratusan rumah di komplek mewah Gedebage Bandung terendam banjir
Supriyatno melaporkan, kehadiran Terowongan Nanjung dapat membuat genangan air cepat surut. Namun, kata dia, arus sungai Citarum di Kabupten Bandung menuju terowongan tersebut sedikit tersendat karena endapan lumpur.
"Kementerian PUPR, khususnya BBWS Citarum, untuk memperhatikan sedimentasi yang ada di alur Baleendah dan Curug Jompong. Karena air dari Kertasari yang masuk ke sungai Citarum itu membawa lumpur, sehingga mempercepat perdangkalan di jalur," ucapnya.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, Pemda Provinsi Jabar dan Pemerintah Pusat akan membangun sejumlah infrastruktur pengendali banjir. Salah satunya adalah Flood Way Cisangkuy.
"Dayeuhkolot salah satu pengendali banjirnya sodetan Cisangkuy yang pengerjaannya sudah 50 persen, harusnya air di Dayeuhkolot bisa dibelokkan sampai 90 persen ke sodetan atau flood way Cisangkuy," kata Emil.
"Nanjung juga sudah berjalan dua duanya terowongan sudah bisa dibuka, pompa-pompa disiagakan, mudah-mudahan kalau sodetan Cisangkuy nanti potensi banjir seperti hari ini bisa dikurangi," tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas SDA Linda Al Amin memastikan bahwa pembangunan infrastruktur pengendali banjir terus dilakukan. Selain Flood Way Cisangkuy, kolam retensi dan folder-folder air di wilayah Bandung Selatan akan dibangun.
"Untuk Baleendah, tahun ini akan dibangun Kolam Retensi Andir. Tanpa kolam retensi di Andir ini, banjir Baleendah belum teratasi. Tapi, dengan kolam retensi yang dibangun tahun ini seluas 4,8 hektare, mudah-mudahan di 2021 selesai, banjir di Baleendah teratasi," kata Linda.
"Selain itu, infrastruktur pengendali banjir di wilayah Citarum Hulu antara lain Flood Way Cisangkuy. Ini untuk mengurangi debit air yang masuk ke area banjir di Baleendah. Apalagi folder-folder yang tabungan lebih kecil 1-2 hektare itu akan banyak dibangun di Citarum hulu ini," tambahnya.
Linda berharap dengan pembangunan sejumlah infrastruktur pengendali banjir dan masyarakat tidak lagi membuat sampah sembarangan, Bandung Selatan bisa bebas banjir.
Baca juga: Sebanyak 3.744 rumah terendam akibat banjir di Kabupaten Bandung
Baca juga: Banjir terjang Komplek Adipura Gedebage Kota Bandung
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020