Kampung Cigobang, Desa Banjarsari Kecamatan Lebak Gedong, Kabupaten Lebak hampir sebulan terakhir ini bagaikan kampung mati akibat diterjang banjir bandang dan longsor.sudah tidak ada aktivitas kegiatan manusia
"Kampung itu sudah tidak ada aktivitas kegiatan manusia," kata Saprudin, warga Cigobang ,Desa Banjarsari Kecamatan Lebak Gedong, Kabupaten Lebak, Minggu.
Perkampungan Cigobang terparah diterjang bencana banjir bandang dan longsoran hingga mengakibatkan enam warga meninggal dunia tertimbun tanah juga puluhan rumah rusak berat.
Baca juga: Relawan Siaga katakan pengungsi kesulitan dapatkan air bersih
Baca juga: Pemkab Serang salurkan bantuan untuk korban banjir Lebak
Selain itu juga bangkai kendaraan, onggokan kayu bangunan rumah dan tempat ibadah terlihat berserakan.
Saat ini, kondisi kampung itu bagaikan kampung mati dan warganya belum kembali rumah mereka yang rusak berat.
Mereka warga Kampung Cigobang lebih memilih tinggal di posko pengungsian juga tinggal bersama kerabat yang selamat dari bencana alam tersebut.
"Kami juga hingga kini masih tinggal di salah satu pondok pesantren yang lokasinya satu kilometer dari Kampung Cigobang dan selamat dari banjir bandang dan longsoran itu," katanya.
Menurut dia, saat ini, warga perkampungan Cigobang yang lokasi berbatasan dengan Kampung Cileksa Kabupaten Bogor belum berani memasuki Kampung Cigobang.
Kemungkinan mereka masih trauma saat terjadi banjir bandang dan longsoran tanah yang begitu cepat meluluhlantakkan bangunan rumah warga.
Baca juga: 807 rumah warga Lebak korban banjir direlokasi
Baca juga: 21 jembatan di Lebak akan dibangun setelah tanggap darurat
Masyarakat Cigobang setuju rencana pemerintah akan merelokasi ke tempat yang lebih aman dari ancaman bencana alam itu.
Sebab, jika mereka tinggal di Kampung Cigobang dipastikan tidak berani karena khawatir terjadi longsoran kembali.
"Kami berharap relokasi itu tidak begitu jauh dari kampung semula," ujarnya.
Lilis, seorang warga Cigobang mengaku bahwa dirinya hingga kini tidak berani kembali ke kampung halamannya, karena cukup mengerikan saat mendengar gemuruh keras dari atas pegunungan.
Bencana banjir dan longsoran itu, kata dia, air dari bawah tanah keluar hingga menimbulkan suara keras.
Bahkan, dirinya hingga kini setiap mendengar suara gemuruh merasa ketakutan terjadi bencana alam tersebut.
"Kami bersama warga langsung menyelamatkan diri ketika mendengar suara gemuruh air dari bawah tanah itu," kata Lilis saat ditemui di Posko Pengungsian Dodiklatpur Ciuyah.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Kaprawi mengatakan Kampung Cigobang yang sebelumnya terisolir, namun kini bisa ditembus kendaraan roda dua.
"Kita terus mengoptimalkan bantuan logistik ke warga yang masih bertahan tinggal di posko," katanya.
Baca juga: Relawan Jakarta bangun rumah singgah untuk korban banjir Lebak
Baca juga: Korban banjir di Lebak terima santunan dari Kemensos
Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020