• Beranda
  • Berita
  • "Bali Kintamani Festival" diundur terkait wabah virus corona

"Bali Kintamani Festival" diundur terkait wabah virus corona

27 Januari 2020 16:10 WIB
"Bali Kintamani Festival" diundur terkait wabah virus corona
Dokumentasi - Seorang model menampilkan sebuah rancangan busana dalam parade budaya Festival Balingkang Kintamani pada 6 Februari 2019. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

Penundaan ini dalam batas waktu yang tidak ditentukan, tetapi kami usahakan tahun ini bisa jalan

Pemerintah Provinsi Bali memutuskan untuk mengundurkan pelaksanaan "Bali Kintamani Festival" yang sedianya digelar 8 Februari 2020, menyusul mewabahnya virus corona.

"Penundaan ini dalam batas waktu yang tidak ditentukan, tetapi kami usahakan tahun ini bisa jalan, sambil menunggu situasi di sana (China) kondusif," kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa setelah rapat dengan asosiasi pariwisata di Gedung Bali Tourism Board (BTB), Denpasar, Senin.

Baca juga: Sekda: Virus corona tak terdeteksi masuk Bali
Baca juga: Delapan penerbangan Denpasar-Wuhan dibatalkan antisipasi corona


Penundaan "Bali Kintamani Festival" yang rencananya akan berlangsung di kawasan Geopark, Kintamani, Kabupaten Bangli itu tertuang dalam edaran tertulis, yang ditandatangani Wagub Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati.

"Bali Kintamani Festival" yang pada 2019 digelar dengan nama "Balingkang Festival" rencananya untuk tahun ini kembali menampilkan parade sebagai bentuk akulturasi budaya antara China dan Bali yang sudah terjalin sejak zaman dahulu dan masih berlangsung turun-temurun hingga sekarang.

Pemerintah Provinsi Bali sebelumnya telah menggandeng Asita yang menangani wisatawan China untuk mendatangkan sekitar 1.500 wisatawan menonton parade tersebut.

Mengenai merebaknya virus corona, Astawa mengakui tentunya akan berdampak bagi perekonomian Bali yang bergantung pada sektor pariwisata.

"Penurunan jumlah kunjungan wisatawan tentu akan terjadi menyusul kebijakan Pemerintah Tiongkok, akan tetapi, ini saatnya kita untuk instrospeksi diri juga," ujarnya.

Introspeksi yang dimaksud adalah secara sekala (jasmani) dan niskala (rohani).

"Secara sekala mungkin saatnya kita mulai berbenah terutama isu-isu terkait pariwisata, seperti masalah lingkungan, sampah, kemacetan dan air bersih di Bali. Saatnya kita membenahi hal tersebut," ucapnya.

Dia menambahkan, sudah saatnya Bali melakukan pembenahan di segala bidang demi menunjang pariwisata, sehingga Bali siap bersaing ke depannya. Selain itu, juga perlu merespons berita-berita miring yang bisa merugikan citra pariwisata Bali.

"Seperti berita tentang sampah, perlu kita counter itu, mengingat wisatawan terutama dari Eropa sangat concern dengan masalah tersebut," ucapnya.

Secara niskala, Astawa mengajak masyarakat Bali untuk terus berdoa agar wabah penyakit ini bisa segera teratasi dan tidak makin parah.

"Untuk itu, kita juga perlu menjaga kesehatan sehingga bisa terhindar dari penyakit," katanya seraya mengatakan pihaknya juga telah berkoordinasi dengan dinas terkait untuk upaya pencegahannya.

Seraya menunggu keadaan di Tiongkok kondusif, menurut Astawa, sudah saatnya juga membidik wisatawan dari negara-negara lain. "Kita tidak bisa melupakan pasar potensial seperti Eropa, serta Australia juga yang berkontribusi besar terhadap jumlah kunjungan tiap tahunnya," ucapnya.

Sementara Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) IB Agung Partha Adnyana mengemukakan, sesuai dengan edaran yang dikeluarkan oleh Wakil Gubernur Bali, selain penundaan "Bali Kintamani Festival", juga dilaksanakan beberapa langkah antisipatif.

"Kita minta pihak hotel untuk tidak mengenakan cancelation fee terhadap agen perjalanan untuk wisatawan Tiongkok, karena bagaimana pun ini adalah force majeure yang memang tidak dinginkan," ujarnya.

Menurutnya, pihak akomodasi wisata bisa memberikan keringanan berupa penundaan kepada para wisatawan yang awalnya akan menginap.

"Bagi agen travel wisatawan Tiongkok yang sudah membayar down payment ¸dijelaskan dalam edaran bisa menggunakannya untuk kunjungan berikutnya," ucapnya.

Agung Partha mengajak semua pihak untuk menghormati keputusan Pemerintah Tiongkok. "Masalah tingkat kunjungan sudah pasti turun, meskipun belum diketahui secara pasti, tetapi kunjungan wisatawan asing lainnya masih tetap bagus," katanya.

Baca juga: Pemerintah berupaya penuhi kebutuhan logistik WNI di Wuhan China

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020