"Politik itu kan dinamis, yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin dan yang mungkin bisa menjadi tidak mungkin," katanya di Solo, Selasa.
Sebagaimana diketahui, saat ini Gibran Rakabuming Raka dengan Achmad Purnomo tengah bersaing untuk memperoleh rekomendasi dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri agar bisa maju menjadi peserta Pilkada Surakarta 2020.
"Sebenarnya siapapun yang menjadi wali kota itu sah-sah saja. Bahkan kalau disandingkan, maka dua nama ini akan menjadi lebih kuat karena latar belakang yang berbeda," katanya.
Menurut dia, Gibran dan Purnomo mewakili dua kelompok yang berbeda. Jika Gibran lebih ke kalangan milenial, untuk Purnomo yang saat ini masih menjabat sebagai Wakil Wali Kota Surakarta mewakili kelompok masyarakat yang lebih memilih sosok berpengalaman.
"Ini kombinasi yang baik. Bisa saling melengkapi," katanya.
Terkait dengan sikap DPC PDIP Surakarta yang saat ini bersuara bulat mengusung pasangan Achmad Purnomo-Teguh Prakoso, ia menilai ke depan harus lebih longgar.
"PDIP memang bulat, tetapi dalam politik kan tidak bisa dapat semuanya. Mereka dapat satu saja seharusnya sudah bisa menerima. Hanya memang yang perlu dipastikan adalah solidaritas DPC di bawah DPP," katanya.
Sementara itu, dikatakannya, yang harus diwaspadai adalah jangan sampai PDIP salah langkah. Menurut dia, jika hal itu terjadi maka bisa berdampak pada pecahnya partai berlambang banteng tersebut.
"Kita tahu bahwa musuh PDIP itu bukan partai lain tetapi kelompok mereka sendiri. Jadi harus ada solidaritas, jika tidak maka bisa jadi kader justru akan lebih memilih untuk golput, membiarkan, dan akhirnya berujung pada perpecahan," katanya.
Baca juga: KPU Surakarta buka kesempatan balon jalur independen
Baca juga: Gibran hadiri sarasehan bersama keluarga disabilitas Solo
Baca juga: PAN enggan dikaitkan dengan spanduk dukungan Pilkada Surakarta
Baca juga: Achmad Purnomo pastikan rekomendasi masih tertunda
Pewarta: Aris Wasita
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2020