Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Nadia Fairuza Azzahra menyarankan pihak swasta lebih dilibatkan dan disinergikan dengan dunia penelitian nasional dalam rangka mengembangkan inovasi teknologi untuk menghadapi Industri 4.0.Sinergi antara dunia penelitian dengan pihak swasta sangat dibutuhkan untuk menghadapi Industri 4.0
"Pengembangan riset dan inovasi teknologi di Indonesia membutuhkan peran serta pihak swasta. Sinergi antara dunia penelitian dengan pihak swasta sangat dibutuhkan untuk menghadapi Industri 4.0," kata Nadia di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Menperin beberkan strategi masuki industri 4.0 di Forum Ekonomi Dunia
Menurut dia, pemerintah sudah cukup membuka ruang untuk keterlibatan pihak swasta lewat insentif yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 2019 tentang Perubahan PP Nomor 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan PPh dalam Tahun Berjalan.
Aturan tersebut dinilai memberikan fasilitas fiskal berupa super deductible tax atau pengurangan penghasilan bruto di atas 100 persen diharapkan bisa meningkatkan kegiatan penelitian dan juga pengembangan inovasi.
Pemberlakuan aturan itu juga diharapkan bisa menciptakan iklim riset yang lebih baik dan kompetitif di Indonesia.
"Kerja sama antara pemerintah dengan swasta dan perguruan tinggi juga diharapkan tidak hanya sebatas bantuan dana. Seluruh kebijakan pemerintah selayaknya berbasis pada riset yang tidak hanya dilakukan oleh lembaganya sendiri, tapi juga untuk selalu up to date dengan riset-riset terkini yang dikeluarkan swasta dan juga perguruan tinggi," katanya.
Baca juga: Kementerian PUPR siap hadapi Revolusi Industri 4.0
Untuk itu, ujar dia, sangat penting dalam rangka menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki kebijakan berbasis riset dan inovasi, terlebih menghadapi Industri 4.0.
Ia menambahkan kerja sama yang melibatkan pihak swasta dalam pengembangan riset dan inovasi teknologi akan membawa banyak manfaat bagi Indonesia.
"Tidak hanya berpotensi meningkatkan output penelitian, pihak swasta yang memiliki sumber daya baik lebih baik, baik dari segi keuangan maupun sarana dan prasarana penelitian, dapat membantu meningkatkan kualitas output penelitian di Indonesia," ucapnya.
Nadia juga berpendapat bahwa inovasi melalui riset yang dilakukan pihak swasta dalam jangka panjang dapat berdampak positif pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Salah satu cara bagi swasta, menurut peneliti CIPS itu, untuk berkontribusi dalam pengembangan riset dan inovasi teknologi adalah melalui proyek Corporate Social Responsibility (CSR).
Baca juga: Industri 4.0, Balai Latihan Kerja harus miliki teknologi termutakhir
"Walaupun pada saat ini belum banyak pihak swasta yang menggunakan dana CSR untuk keperluan riset dan pengembangan teknologi, namun kemungkinan ini patut dicoba," katanya.
Menurut dia, umumnya pihak swasta menggunakan dana tersebut untuk proyek-proyek yang bersifat filantropis seperti memberikan bantuan sosial bagi keluarga miskin, membangun fasilitas umum, pemberian beasiswa bagi siswa kurang mampu dan lain sebagainya.
Padahal, lanjutnya, bidang riset dan penelitian dapat menjadi opsi untuk proyek CSR karena hasil keluaran riset berpotensi menyumbang manfaat yang berkelanjutan dan dapat diimplementasikan demi kepentingan masyarakat.
Pemerintah, ujar dia, perlu pula memastikan regulasi dan perizinan terkait kemudahan berusaha dibuat mudah, transparan dan tidak berbelat-belit agar bisa menarik minat investor dalam berbagai kegiatan riset dan inovasi.
"Hal ini penting untuk menjaga iklim riset di Indonesia kondusif sekaligus menarik," kata Nadia.
Baca juga: Hadapi industri 4.0, Kemnaker siapkan vokasi digital bersama RuangGuru
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020