Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Arsul Sani mengatakan almarhum Salahuddin Wahid (Gus Sholah) adalah seorang penyejuk dan penyatu di dalam kelompok.
“Katakanlah suatu situasi yang cukup panas, satu kelompok itu menyampaikan atau sikap pandangan yang katakanlah keras, maka beliau mencoba menyejukkan. Itu yang saya tahu,” kata Arsul di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, Senin.
Sebagai salah satu keturunan pendiri Nahdlatul Ulama (NU), kata Arsul, Gus Sholah juga dikatakan Arsul sebagai sosok yang memiliki dunia yang banyak.
"Beliau ada di dunia ulama, itu sudah pasti. Akan tetapi, karena beliau berlatar pendidikan umum, alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB), beliau juga ada di dunia para intelektual non-ulama itu berkumpul," kata Arsul.
Baca juga: Gus Sholah bersama Dompet Dhuafa mendirikan RS KH Hasyim Asyari
Baca juga: Obituari - Gus Sholah, NU, dan "standardisasi" pendidikan pesantren
Baca juga: Presiden melayat ke rumah duka Gus Sholah
Akibat dunia pergaulan yang banyak itu pula, menurut Arsul, dalam diri Gus Sholah melekat banyak hal yang positif.
Kendati, saat presiden keempat Republik Indonesia Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Gus Sholah yang notabene adik kandung Gus Dur tetap menyuarakan pemikiran-pemikirannya untuk tetap kritis.
"Beliau tetap kritis terhadap siapa pun, bahkan dahulu ketika Gus Dur jadi presiden pun, beliau sering menyampaikan pandangan-pandangannya,” kata Arsul.
Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan itu mengatakan bahwa Indonesia kehilangan sosok Gus Sholah.
Ia pun mengajak kepada seluruh masyarakat Indonesia mendoakan almarhum Gus Sholah.
Sebelumnya, pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur K.H. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) wafat di RS Harapan Kita, Jakarta, Minggu (2/2) malam.
Menurut putranya, Irfan Asy'ari Sudirman Wahid atau Ipang Wahid, ayahandanya mengalami komplikasi sakit jantung setelah sempat menjalani perawatan di RS Harapan Kita, Jakarta.
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020