MMKSI mengungkapkan, pengenalan mobil hibrida ini adalah sebagai cara mereka menjawab tantangan dan evolusi teknologi mobil bertenaga listrik saat ini.
"Kenapa PHEV jadi teknologi pertama yang masuk ke sini, karena perlu diketahui kalau Mitsubishi adalah salah satu produsen mobil yang concern dengan teknologi, serta untuk menjawab evolusi menuju ke electric engine," kata Brand Ambassador Rifat Sungkar di Banyuwangi, Senin (3/2).
Ia juga menilai bahwa mobil hibrida sendiri belum populer sebagai kendaraan listrik karena tidak digerakkan dengan motor listrik.
Lebih lanjut, Rifat berpendapat bahwa kebijakan yang populer di Indonesia saat ini adalah bagaimana cara menurunkan polusi udara melalui kendaraan listrik, alih-alih menggunakan PHEV.
"Tapi ternyata PHEV masih dianggap sebagai kendaraan bertenaga bensin, karena masih ada knalpotnya. But at least kita sudah mencoba buat kenalin ke publik kalau kita punya kendaraan seperti ini," kata dia.
Kendaraan Mitsubishi dengan teknologi PHEV, lanjut Rifat, memiliki sejumlah keuntungan berjangka panjang bagi keluarga maupun lingkungan dan ia rasa bisa digunakan di Indonesia.
"Di Jepang ada Dendo Drive House di rumah, dan hanya PHEV yang bisa nyalain rumah itu dengan teknologinya 100 persen. Jadi bisa bayar listrik lebih murah juga. Jadi itu juga harapan kami mengenalkan PHEV di Indonesia," ujarnya.
Namun, karena kebijakan pemerintah Indonesia untuk menggunakan kendaraan dengan tenaga baterai 100 persen, Rifat mengatakan bahwa Mitsubishi akan terus mengembangkan teknologi baru yang sejalan dengan regulasi.
"Karena regulasinya berpihak ke mobil baterai 100 persen, kita akan terus develop itu di waktu yang akan datang, mungkin realisasinya dalam beberapa tahun," pungkasnya.
Baca juga: Toyota-Panasonic bikin pabrik baterai mobil listrik, beroperasi April
Baca juga: Renault tambah varian PHEV untuk Megane
Baca juga: Mobil listrik Tesla akan pakai baterai buatan China
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020