Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menargetkan pertumbuhan industri manufaktur sebesar 5,3 persen pada 2020 dan akan diupayakan pencapaiannya melalui sejumlah pembenahan secara berkelanjutan.Kita sudah mengidentifikasi tujuh isu strategis yang harus kita 'adjust'
"Kita sudah mengidentifikasi tujuh isu strategis yang harus kita adjust," kata Agus Gumiwang saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian Jakarta, Rabu.
Agus Gumiwang mengatakan pembenahan yang dapat dilakukan sebagai stimulus bagi industri antara lain menurunkan harga gas yang selama ini menjadi bahan baku bagi industri untuk memperkuat daya saing.
Selain itu, tambah dia, membangun 29 kawasan industri baru, terutama di luar Jawa, yang dekat dengan sumber energi dan bahan baku, sesuai dengan RPJMN 2020-2024.
"Berkaitan dengan pencetakan kawasan industri, kita perlu mendorong agar makin tumbuh di daerah-daerah luar Jawa, untuk mengurangi disparitas industri Jawa dan luar Jawa," ujar Menperin.
Baca juga: Jika impor gas dibuka, Menperin pastikan hanya dipakai oleh industri
Kemudian, memperkuat Industri Kecil Menengah (IKM), yang mempunyai porsi besar dalam kelangsungan industri pengolahan di Indonesia, dengan memberikan dukungan pembiayaan melalui KUR.
Selanjutnya, menurut dia, membuat sarana pengelolaan limbah industri agar sampah-sampah tersebut tidak merusak lingkungan dan mempunyai nilai ekonomis tersendiri.
"Jadi semua limbah-limbah yang dihasilkan akibat proses produksi pada dasarnya bisa diolah kembali dan diproses serta di-reuse dengan teknik proses yang baru," kata Agus Gumiwang.
Terakhir, tambah Menperin, menyiapkan fasilitas dan memastikan kelancaran energi seperti air dan listrik di kawasan industri untuk mendorong produksi manufaktur.
Ia optimistis melalui sejumlah pembenahan tersebut target pertumbuhan industri manufaktur pada 2020 dapat tercapai, apalagi sektor industri pengolahan pada 2019 hanya tercatat 3,8 persen.
Baca juga: 30 persen bahan baku dari China, Menperin siapkan subtitusi impor
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perlambatan industri pengolahan sepanjang 2019 telah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi 2019 sebesar 5,02 persen.
Pertumbuhan industri pada 2019 sebesar 3,8 persen turun dibandingkan periode sama 2018 sebesar 4,27 persen karena terpengaruh oleh pengurangan impor bahan baku, terutama barang modal jenis mesin.
Peran industri pengolahan sangat besar kepada perekonomian karena merupakan penyumbang terbesar struktur Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu mencapai 19,7 persen pada 2019.
Selain industri, struktur PDB juga disumbangkan oleh sektor perdagangan (13,01 persen), pertanian (12,72 persen), konstruksi (10,75 persen), pertambangan (7,26 persen) serta transportasi dan pergudangan (5,57 persen).
Baca juga: Presiden Singapura dan Menperin RI pantau pelatihan industri 4.0
Pewarta: Satyagraha
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020