Kemajuan teknologi seperti otomatisasi dan robotik akan membawa perubahan besar dalam ketenagakerjaan di seluruh dunia, termasuk Indonesia, dalam dua dekade ke depan
Organisasi Buruh Internasional (International Labour Organization/ILO) menggarisbawahi pentingnya keterlibatan perempuan dalam bidang sains, teknologi, teknik (engineering), dan matematika (STEM) terkait kesetaraan gender dan mengantisipasi risiko pekerjaan untuk masa depan.
Dalam acara diskusi bertajuk ‘Women and the Future of Work: Insights from Women in STEM’,yang diselenggarakan ILO bersama dengan Kedutaan Besar Irlandia di Indonesia, Country Director ILO, Michiko Miyamoto, menyebut peran perempuan dalam industri STEM sangat penting demi memastikan perempuan dan anak perempuan tidak tertinggal dalam perubahan cepat yang terjadi di dunia ketenagakerjaan.
“Kemajuan teknologi seperti otomatisasi dan robotik akan membawa perubahan besar dalam ketenagakerjaan di seluruh dunia, termasuk Indonesia, dalam dua dekade ke depan,” kata Miyamoto.
Menurut data Organisasi Buruh Internasional, sekitar 60 juta, atau 56 persen, pekerja di Indonesia menghadapi risiko akan tergantikan oleh otomatisasi atau mesin.
“Mengingat pekerja perempuan umumnya bekerja dalam jenis pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM), kemungkinan untuk menjalani pekerjaan yang berisiko terhadap otomatisasi di semua industri 1 sampai 2 kali lebih besar,” ujarnya.
Oleh karena itu, ILO mendorong lebih banyak partisipasi perempuan dalam bidang STEM, mengingat teknologi memiliki peran kunci dalam mencapai pekerjaan yang layak dan kesetaraan gender.
Diskusi yang diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Wanita dan Perempuan dalam Ilmu Pengetahuan (Women and Girls in Science) dan hari St Brigid 2020 itu menghadirkan sejumlah pembicara yang merupakan perempuan di industri STEM, termasuk ilmuwan perempuan dari Galway-Mayo Institute of Technology Irlandia, Fiona Malone.
Malone, yang berbagi pengalaman kerja sebagai insinyur biomedis dan berminat untuk mempromosikan perempuan dalam STEM, mengatakan memperkenalkan bidang tersebut kepada perempuan, khususnya generasi muda, bukan berarti memaksakan jalur industri itu pada mereka.
“Kita tidak menjejalkan STEM kepada perempuan muda, tetapi kita memberikan mereka kesempatan untuk mengetahui bahwa jalur karir ini terbuka, dan apabila mereka tidak terlalu berprestasi di satu bidang STEM, contohnya matematika, bukan berarti mereka tak bisa menjadi teknisi laboratorium,” ujarnya.
Selain Fiona Malone, sejumlah pembicara lain yang hadir termasuk Co-CEO Think, Web, Digital and Technology Agency Anantya von Bronckhorst, Analis Riset dari World Resources Institute Clorinda Kurnia Wibowo, Hastu Wijayasri dari Wonder Koding, serta Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Silvia Halim.
Baca juga: Lawan pelecehan di tempat kerja, BWI: budaya tak jadi pengecualian
Baca juga: Mewujudkan dunia kerja bermartabat melalui Konvensi ILO No.190
Baca juga: Serikat buruh desak pemerintah ratifikasi Konvensi ILO No.190
Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2020