Menanggapi hal tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, "Afirmasi rating Indonesia pada level Baa2 dengan outlook stabil oleh Moody’s mengonfirmasi optimisme stakeholder internasional terhadap prospek perekonomian Indonesia di tengah tantangan global maupun domestik."
Prospek perekonomian yang tetap positif tersebut merupakan hasil dari sinergi bauran kebijakan yang selaras antara BI dan pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong momentum pertumbuhan ekonomi, kata Gubernur BI seperti dikutip Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam siaran persnya di Jakarta, Senin.
Ke depan, kata Perry, BI akan mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik dalam memanfaatkan ruang bauran kebijakan yang akomodatif untuk menjaga tetap terkendalinya inflasi dan stabilitas eksternal, serta turut mendukung momentum pertumbuhan ekonomi.
Dalam siaran persnya, Moody’s menyatakan bahwa faktor kunci yang mendukung keputusan tersebut adalah pertumbuhan ekonomi yang kuat dan stabil serta rendahnya beban utang pemerintah, yang dijaga melalui konsistensi disiplin fiskal dan penekanan pada stabilitas makroekonomi.
Di sisi lain, Moody’s juga menyebutkan sejumlah tantangan yang saat ini dihadapi, antara lain penerimaan pemerintah yang rendah, ketergantungan pemerintah pada pendanaan eksternal, serta kerentanan struktur ekonomi terhadap siklus komoditas.
Baca juga: Moody’s akan akuisisi saham minoritas SynTao Green Finance
Baca juga: IHSG lanjutkan pelemahan ke posisi 6.038 poin
Moody’s berpandangan bahwa produk domestik bruto (PDB) yang mencapai lebih dari 1 triliun dolar AS serta populasi penduduk mencapai lebih dari 260 juta jiwa dengan kecepatan pertumbuhan populasi yang cukup pesat, mampu mendukung daya tahan ekonomi Indonesia dalam meredam tekanan.
"Meskipun berada dalam fase pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, kinerja ekonomi Indonesia mampu terus melampaui sebagian besar negara di peringkat Baa," katanya.
Moody’s menilai reformasi yang terus berlanjut mampu mengatasi secara gradual sejumlah tantangan, seperti hambatan yang bersumber dari struktur ekonomi dan peraturan, sistem hukum dan peraturan yang perlu diperjelas, serta pasar keuangan domestik yang belum dalam.
Moody’s mencatat dalam beberapa tahun terakhir reformasi lebih difokuskan pada pembangunan infrastruktur, terutama konektivitas transportasi, dan deregulasi kebijakan untuk mendorong investasi.
Pemerintah saat ini telah memperluas fokus reformasi dengan juga memberikan penekanan pada pengembangan sumber daya manusia, melalui kebijakan yang ditujukan untuk mengatasi gap dalam bidang pendidikan dan kesehatan.
Selain itu, terdapat pembaharuan fokus untuk memperbaiki kemudahan berusaha melalui perubahan peraturan ketenagakerjaan dan perpajakan, serta penyederhanaan kebijakan dan prosedur.
Dari sisi fiskal, Indonesia dinilai mampu menjaga beban utang pemerintah tetap rendah dan defisit transaksi berjalan tetap pada tingkat yang moderat didukung kerangka kebijakan yang berhati-hati dan penekanan pada upaya menjaga stabilitas makroekonomi.
Baca juga: IHSG bergerak melemah di tengah minimnya sentimen positif
Disiplin fiskal dicerminkan oleh komitmen yang kuat untuk menjaga defisit fiskal di bawah batas yang ditentukan.
Moody’s memprakirakan utang Pemerintah tetap stabil di kisaran 30 persen PDB dalam jangka pendek maupun menengah.
Di sisi eksternal, Moody’s memprakirakan transaksi berjalan Indonesia tetap berada pada tingkat yang moderat dibandingkan negara peer peringkat Baa.
"Bantalan eksternal juga dinilai memadai untuk menjaga ketahanan ekonomi dari berbagai tekanan, yang dicerminkan oleh kecukupan cadangan devisa yang kuat," kata Moody's.
Moody’s sebelumnya meningkatkan sovereign credit rating Indonesia menjadi Baa2 outlook stabil, dari Baa3 outlook positif (Investment Grade) pada tanggal 13 April 2018.
Baca juga: Moody's katakan penerbitan sukuk negara global diperkirakan pulih pada tahun ini
Pewarta: Ahmad Buchori
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020