Taliban membantah keterlibatan dalam ledakan itu dan tidak ada pihak yang mengaku bertanggungjawab atas serangan tersebut.
Aksi bunuh diri itu berlangsung di dekat universitas pertahanan milik pemerintah, Marshal Fahim Military Academy, saat jam sibuk pagi.
Insiden itu merupakan serangan dahsyat pertama di ibu kota pada tahun ini dan muncul di saat tingginya ketidakpastian di negara tersebut saat para perunding AS dan Taliban di Qatar berupaya menggelar pembicaraan untuk mengakhiri perang 18 tahun.
"Enam orang termasuk dua warga sipil dan empat personel militer tewas," kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Nasrat Rahimi kepada Reuters, menambahkan bahwa 12 orang lainnya terluka, termasuk lima warga sipil.
"Itu bukan perbuatan kami," kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, melalui sebuah pesan kepada Reuters.
Baca juga: Ledakan bom kembali guncang ibu kota Afghanistan
Akademi, yang mencontoh perguruan tinggi perang Eropa untuk melatih para kadet Afghanistan, menjadi sasaran di masa lalu, termasuk serangan terakhir yang mungkin di klaim oleh ISIS.
Serangan terhadap pasukan Afghanistan dan pasukan keamanan pimpinan AS masih terjadi dalam beberapa bulan belakangan di seluruh negeri bahkan saat AS dan Taliban mengejar pembicaraan untuk merampungkan pakta perdamaian.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengecam serangan tersebut melalui pernyataan yang dirilis dari kantor kepresidenan.
"Negara hebat Afghanistan ingin mengakhiri kekerasan, mengakhiri perang. Kami juga menginginkan gencatan senjata dan perdamaian abadi," katanya.
"Pemerintah berkomitmen mencapai perdamaian yang bermartabat dan berkelanjutan, di mana pihaknya mengejar rencana yang jelas."
Sumber: Reuters
Baca juga: Bom bunuh diri saat pesta perkawinan di Afghanistan tewaskan 63 orang
Baca juga: Tiga bom guncang Ibu Kota Afghanistan
Baca juga: Bus pegawai pemerintah meledak di Ibu Kota Afghanistan
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020