Komandan Korem 031/Wira Bima (WB) Kodam I Bukit Barisan di Provinsi Riau Brigjen TNI Mohammad Fadjar meminta semua pihak, terutama jajaran TNI untuk serius menanggulangi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) agar bencana asap 2019 tidak terulang lagi.Kita punya kesempatan persiapan diri lebih bagus, kita harus mendukung pemerintah pusat memenuhi perintah Presiden Joko Widodo agar jangan ada lagi bencana asap. Jangan sampai asap melintas dari negara kita menuju ke negara lain
"Kita punya kesempatan persiapan diri lebih bagus, kita harus mendukung pemerintah pusat memenuhi perintah Presiden Joko Widodo agar jangan ada lagi bencana asap. Jangan sampai asap melintas dari negara kita menuju ke negara lain," katanya disela rapat penetapan status siaga darurat Karhutla Riau, di Pekanbaru, Selasa (11/2) malam.
Ia mengatakan pada 2019 diakuinya Riau kecolongan sehingga terjadi bencana asap. Namun, ia menilai tahun ini seluruh pemangku kebijakan terlihat punya itikad kuat untuk berubah.
"Indikatornya kesiapan dari personel 2019 kita hanya siap sekitar 1.000 orang, saya tidak hitung dari pihak perusahaan-perusahaan. Hari ini tergelar hampir 3.000 orang di posko-posko," katanya.
Selain itu, indikator lainnya adalah kelengkapan alat perlengkapan untuk pemadaman karhutla. "Tahun 2019 alat hingga di Polsek dan Koramil hanya 300 alat. Hari ini lebih dari 954 alat," katanya.
Meski begitu, ia mengatakan tugas paling utama yang seharusnya dilakukan adalah mengubah pola pikir (mindset) masyarakat agar tidak lagi membuka lahan dengan membakar.
"Mengubah 'mindset' (pola pikir) masyarakat kita itulah yang paling penting dari aspek pencegahan. Dari mengolah lahan secara membakar ke upaya lainnya yang lebih modern," kata Mohammad Fadjar.
Kapolda Riau Irjen Agung Setya Imam Effendi juga menyatakan optimismenya dan yakin penanganan karhutla tahun 2019 lebih baik dari tahun lalu.
"Sukarelawan mulai berlatih dan siap diterjunkan. Kita perbaiki upaya prediksi titik api di masa datang," katanya.
Gubernur Riau Syamsuar menetapkan status siaga darurat karhutla terhitung mulai tanggal 11 Februari hingga 31 Oktober 2020.
Pada tahun lalu, status siaga darurat karhutla Riau juga ditetapkan sejak 19 Februari 2019 dan berlangsung selama sembilan bulan hingga Oktober. Namun, karhutla tahun lalu tidak bisa ditangani sehingga menimbulkan banyak kerugian akibat dampak bencana asap.
Berdasarkan di situs Sipongi milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan karhutla di Provinsi Riau selama 2019 mencakup area seluas 75.871 hektare (ha), jauh lebih luas dibandingkan cakupan karhutla tahun sebelumnya.
Tahun 2017 dan 2018 karhutla di Riau berturut-turut mencakup area seluas 6.866 ha dan 37.236 ha.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau menyatakan karhutla pada tahun 2020 sudah terjadi di 10 dari 12 kabupaten/kota di Riau meski luasnya berbeda-beda. Total luas karhutla hingga Februari 2020 mencapai 271 hektare.
Adapun tiga daerah yang sudah berstatus siaga darurat mengalami karhutla cukup luas, yakni di Siak mencapai 98,47 ha, Bengkalis 60,90 ha dan Dumai 31,85 ha.
Baca juga: Korem 032 Wirabraja turunkan personel bantu pemadaman titik api Riau
Baca juga: Riau tetapkan status siaga darurat Karhutla hingga Oktober 2020
Baca juga: Bupati-wali kota se-Riau diminta siaga hadapi potensi karhutla
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020