Kami membahas peningkatan kerja sama dengan Uni Eropa khususnya di bidang penanggulangan terorisme, kerja sama keamanan termasuk penanganan corona
Uni Eropa mengatakan siap mendukung penanganan penyakit COVID-19 di ASEAN dengan mengirimkan tenaga medis, peralatan hingga berbagi pengalaman dan informasi di antara ahli virologi guna mencari solusi medis yang dibutuhkan.
"Uni Eropa siap membantu pengananan wabah corona," kata Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri, Jose Tavares yang menjadi Ketua Delegasi Indonesia, di sela-sela pertemuan pejabat tinggi ASEAN-Uni Eropa di Brussel pada 10-11 Februari.
Pejabat fungsional direktorat kerja sama eksternal ASEAN, Ance Maylany kepada ANTARA London, Rabu mengatakan pertemuan kali ini diwarnai perkembangan situasi di kawasan yaitu tantangan perkembangan corona yang memakan korban mencapai lebih dari 1000 jiwa.
Tavares mengatakan Uni Eropa merupakan mitra dagang kedua terbesar ASEAN setelah China. “Kami membahas peningkatan kerja sama dengan Uni Eropa khususnya di bidang penanggulangan terorisme, kerja sama keamanan termasuk penanganan corona,” ujarnya.
Selain itu pertemuan juga dimanfaatkan untuk membahas perkembangan hubungan kemitraan kedua organisasi regional yang telah terjalin selama hampir 43 tahun.
Pertemuan juga mengangkat bidang kerja sama lainnya seperti dialog untuk membahas isu terkait hak asasi manusia, pengembangan kerja sama ekonomi, peningkatan perdagangan, ekonomi digital, revolusi industri, kerja sama transportasi, menciptakan konektivitas di ASEAN, hingga upaya mengatasi perubahan iklim dan menciptakan lingkungan yang berkelanjutan.
Kerja sama kemitraan ASEAN dan Uni Eropa dijabarkan pada dokumen Rencana Aksi untuk periode 2018-2022. Hingga tahun ketiga, lebih dari 50% rencana aksi telah dilakukan.
Baca juga: Uni Eropa-ASEAN luncurkan "Blue Book 2019"
Baca juga: Dubes sebut MEA pilar penting dalam hubungan UE-ASEAN
Tavares memimpin pembahasan dalam agenda politik-keamanan dan menyampaikan tantangan keamanan yang saat ini berkembang, khususnya radikalisme dan penanganan foreign terrorist fighters (FTF) yang juga dialami Uni Eropa.
Indonesia menjadi pengarah pada isu keamanan dalam kerangka ASEAN. Saat ini, dunia tengah menghadapi beragam tantangan keamanan non-tradisional. Ancaman yang hadir di satu kawasan pastinya akan menimbulkan ancaman di kawasan lain apabila tidak ditangani dengan baik, ujar Dirjen Tavares saat memimpin persidangan di bawah agenda Security Challenges and Cooperation.
Tavares menggarisbawahi pentingnya keterlibatan perempuan untuk menangani konflik di tingkat kawasan. Dalam kaitan ini, ASEAN telah membentuk ASEAN Women for Peace Registry (AWPR) yang menjadi wadah bagi para pakar dari kalangan perempuan untuk mendorong keterlibatan perempuan dalam proses rekonsiliasi dan perdamaian di ASEAN.
Uni Eropa adalah salah satu mitra penting bagi ASEAN dan memiliki kepentingan besar di kawasan, antara lain di bidang perdagangan khususnya dalam upaya menciptakan ASEAN-EU Free Trade Agreement yang saat ini masih dalam tahap penjajakan, merampungkan perjanjian Comprehensive Air Transport Agreement (CATA) hingga berbagai bantuan UE bagi para pemuda ASEAN dalam bentuk bantuan pendidikan melalui program Support to Higher Education in the ASEAN Region (SHARE).
Uni Eropa merupakan mitra wicara ASEAN sejak 1977 dan telah mengembangkan berbagai kerja sama di bidang politik keamanan, ekonomi dan sosial budaya dan aktif mendukung integrasi ASEAN dan upaya membangun komunitas ASEAN.
Baca juga: Uni Eropa-ASEAN tingkatkan kerja sama pendidikan dan peluang beasiswa
Baca juga: Dubes Jerman paparkan pengalaman Uni Eropa bentuk identitas masyarakat
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020